CARA BERIBADAH/
PENDAMPING ORANG SAKIT
MAKALAH
Ditujukan
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Agama
Disusun
oleh :
1. Putri
Minarti ( 13041 )
2. Reni
Anggraini ( 13042 )
3. Rika
Dwi Noviasari ( 13043 )
4. Romadhon
Rosita Dewi ( 13044 )
KEMENTRIAN
KESEHATAN RI
AKADEMI KEPERAWATAN YAPPI SRAGEN
TAHUN 2013
CARA BERIBADAH/
PENDAMPING ORANG SAKIT
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
“Bimbinglah orang yang hendak mati
mengucapkan (kalimat/perkataan): “Tiada Tuhan Selain Allah” (HR.Muslim).
Tak dapat dipungkiri kematian itu tak dapat dihindari dari
kehidupan sehari-hari kita. Kematian tidak pandang bulu, anak-anak, remaja
maupun orang dewasa sekalipun dapat mengalami hal ini. Kita tak tahu
kapan kematian akan menjemput kita. Kematian seakan menjadi ketakutan yang
sangat besar di hati kita.
Proses terjadinya kematian diawali dengan munculnya
tanda-tanda yaitu sakaratul maut atau dalam istilah disebut dying. Oleh
karena itu perlunya pendampingan pada seseorang yang menghadapi sakaratul maut
(Dying).
Sangat penting diketahui oleh kita, sebagai tenaga kesehatan
tentang bagaimana cara menangani pasien yang menghadapi sakaratul maut. Inti
dari penanganan pasien yang menghadapi sakaratul maut adalah dengan memberikan
perawatan yang tepat, seperti memberikan perhatian yang lebih kepada pasien
sehingga pasien merasa lebih sabar dan ikhlas dalam menghadapi kondisi
sakaratul maut.
1.2
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas dapat dikemukakakan suatu rumusan
masalah adalah sebagai berikut : “ Cara Menangani Pasien Yang Sakaratul Maut /
Hampir Meninggal menurut islam dan kesehatan
1.3 TUJUAN
1.3.1
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
sumbangan pikiran yang bermanfaat bagi tenaga kesehatan dalam
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
1.3.2
Sebagian bahan referensi bagi penulis dan juga bagi penelitian selanjutnya.
1.3.3
Untuk mengetahui cara menangani pasien yang sakratul maut menurut islam dan kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
2.1.1 Sakaratul Maut (Dying)
Sakaratul
maut (dying) merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi kematian,
yang memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal.
2.1.2 Kematian (Death)
Kematian
(death) merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan
darah serta hilangnya respons terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan
terhentinya aktivitas otak atau terhentinya fungsi jantung dan paru secara
menetap. Selain itu, dr. H. Ahmadi NH, Sp KJ juga mendefinisikan Death sebagai
:
(a)
Hilangnya fase sirkulasi dan respirasi yang irreversibel
(b)
Hilangnya fase keseluruhan otak, termasuk batang otak
Dying
dan death merupakan dua istilah yang sulit untuk dipisahkan, serta merupakan
suatu fenomena tersendiri. Dying lebih ke arah suatu proses, sedangkan death
merupakan akhir dari hidup. (Eny Retna Ambarwati,
2010)
2.1.3 Cabang Ilmu Yang
Berkaitan Dengan Dying
1.
Geriatri : Ilmu yg mempelajari penyakit pada lanjut usia (degeneratif).
2.
Gerontologi : Disiplin ilmu diluar/cabang geriatri yang mempelajari aspek
fisik, mental, dan psikososial yang ada pada lanjut usia. Untuk menunjang
pelayanan geriatri bagi penderita lanjut usia. (dr. H. Ahmadi NH, Sp KJ,2009)
2.1.4 Penyakit Terminal
Penyakit
yang sulit disembuhkan, seperti kanker stadium akhir,dll.
2.2 CIRI-CIRI POKOK PASIEN YANG AKAN MENINGGAL
Pasien yang menghadapi sakaratul maut akan memperlihatkan
tingkah laku yang khas, antara lain :
2.2.1 Penginderaan
dan gerakan menghilang secara berangsur-angsur yang dimulai pada anggota gerak paling ujung khususnya
pada ujung kaki, tangan, ujung hidung yang terasa dingin dan lembab
2.2.2 Kulit
nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat
2.2.3 Nadi mulai tak teratur, lemah dan pucat
2.2.4 Terdengar
suara mendengkur disertai gejala nafas cyene stokes
2.2.5 Menurunnya
tekanan darah, peredaran darah perifer menjadi terhenti dan rasa nyeri bila ada
biasanya menjadi hilang. Kesadaran dan tingkat kekuatan ingatan bervariasi tiap
individu. Otot rahang menjadi mengendur, wajah pasien yang tadinya kelihatan
cemas nampak lebih pasrah menerima
2.3 PENDAMPINGAN PASIEN SAKARATUL MAUT
2.3.1 Pendampingan Pasien Sakaratul
Maut Menurut Kesehatan
Perawatan
kepada pasien yang akan meninggal oleh petugas kesehatan dilakukan dengan cara
memberi pelayanan khusus jasmaniah dan rohaniah sebelum pasien meninggal.
Tujuannya yaitu, :
a.
Memberi rasa tenang dan puas jasmaniah dan rohaniah pada pasien dan
keluarganya
b.
Memberi ketenangan dan kesan yang baik pada pasien disekitarnya.
c.
Untuk mengetahui tanda-tanda pasien yang akan meninggal secara medis bisa
dilihat dari keadaan umum, vital sighn dan beberapa tahap-tahap kematian
Pendampingan dengan alat-alat medis
Memperpanjang hidup penderita semaksimal mungkin dan bila
perlu dengan bantuan alat-alat kesehatan adalah tugas dari petugas kesehatan.
Untuk memberikan pelayanan yang maksimal pada pasien yang hampir meninggal,
maka petugas kesehatan memerlukan alat-alat pendukung seperti :
1.
Disediakan tempat tersendiri
2.
Alat – alat pemberian O2
3.
Alat resusitasi
4.
Alat pemeriksaan vital sighnP
5.
Pinset
6.
Kassa, air matang, kom/gelas untuk membasahi bibir
7.
Alat tulis
Adapun
prosedur-prosedur yang harus dilaksanakan oleh petugas dalam mendampingi pasien
yang hampir meninggal, yaitu :
a.
Memberitahu pada keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
b. Mendekatkan alat
c. Memisahkan pasien dengan pasien yang lain
d. Mengijinkan keluarga untuk mendampingi, pasien tidak boleh ditinggalkan sendiri
e. Membersihkan pasien dari keringat
f. Membasahi bibir pasien dengan kassa lembab, bila tampak kering menggunakan pinset
h. Membantu melayani dalam upacara keagamaan
i. Mengobservasi tanda-tanda kehidupan (vital sign) terus menerus
j. Mencuci tangan
k. Melakukan dokumentasi tindakan
b. Mendekatkan alat
c. Memisahkan pasien dengan pasien yang lain
d. Mengijinkan keluarga untuk mendampingi, pasien tidak boleh ditinggalkan sendiri
e. Membersihkan pasien dari keringat
f. Membasahi bibir pasien dengan kassa lembab, bila tampak kering menggunakan pinset
h. Membantu melayani dalam upacara keagamaan
i. Mengobservasi tanda-tanda kehidupan (vital sign) terus menerus
j. Mencuci tangan
k. Melakukan dokumentasi tindakan
Pendampingan dengan bimbingan rohani
Bimbingan rohani pasien merupakan bagian integral dari
bentuk pelayanan kesehatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan
bio-Psyco-Socio-Spritual ( APA, 1992 ) yang komprehensif, karena pada dasarnya
setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual ( Basic spiritual needs,
Dadang Hawari, 1999 ). Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah
menjadi ketetapan WHO yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan
salah satu unsur dari pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Oleh karena
itu dibutuhkan dokter, terutama perawat untuk memenuhi kebutuhan spritual
pasien.
Perawat memiliki peran untuk memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis,
psikologis, dan spiritual pasien. Akan tetapi, kebutuhan spiritual seringkali
dianggap tidak penting oleh perawat. Padahal aspek spiritual sangat penting
terutama untuk pasien yang didiagnosa harapan sembuhnya sangat tipis dan
mendekati sakaratul maut dan seharusnya perawat bisa menjadi seperti apa yang
dikemukakan oleh Henderson, “The unique function of the nurse is to assist
the individual, sick or well in the performance of those activities
contributing to health or its recovery (or to a peaceful death) that he would
perform unaided if he had the necessary strength will or knowledge”,maksudnya
perawat akan membimbing pasien saat sakaratul maut hingga meninggal dengan
damai.
Biasanya pasien yang sangat membutuhkan bimbingan oleh perawat adalah pasien
terminal karena pasien terminal, pasien yang didiagnosis dengan penyakit berat
dan tidak dapat disembuhkan lagi dimana berakhir dengan kematian, seperti yang
dikatakan Dadang Hawari (1977,53) “orang yang mengalami penyakit terminal
dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis
spiritual,dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien
menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus”. Sehingga, pasien
terminal biasanya bereaksi menolak, depresi berat, perasaan marah akibat
ketidakberdayaan dan keputusasaan. Oleh sebab itu, peran perawat sangat
dibutuhkan untuk mendampingi pasien yang dapat meningkatkan semangat hidup
pasien meskipun harapannya sangat tipis dan dapat mempersiapkan diri pasien
untuk menghadapi kehidupan yang kekal.
2.3.2 Pendampingan Pasien Sakratul Maut Menurut Islam
Dalam
konsep Islam, fase sakaratul maut sangat menentukan baik atau tidaknya
seseorang terhadap kematiannya untuk menemui Allah dan bagi perawat pun akan
dimintai pertanggungjawabannya nanti untuk tugasnya dalam merawat pasien di
rumah sakit. Dan fase sakaratul maut adalah fase yang sangat berat dan
menyakitkan seperti yang disebutkan Rasulullah tetapi akan sangat berbeda bagi
orang yang mengerjakan amal sholeh yang bisa menghadapinya dengan tenang dan
senang hati. Ini adalah petikan Al-Quran tentang sakaratul maut,” Datanglah
sakaratul maut dengan sebenar-benarnya.”(QS.50:19).“ Alangkah dahsyatnya ketika
orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut.” (QS.
6:93). Dalam Al-hadits tentang sakaratul maut. Al-Hasan berkata bahwa
Rasulullah SAW pernah mengingatkan mengenai rasa sakit dan duka akibat
kematian. Beliau bertutur, “Rasanya sebanding dengan tiga ratus kali tebasan
pedang.” (HR.Ibn Abi ad-Dunya)
Begitu
sakitnya menghadapi sakaratul maut sehingga perawat harus membimbing pasien
dengan cara-cara,seperti ini:
1.
Menalqin (menuntun) dengan syahadat. Sesuai sabda Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam,
2.
Hendaklah mendo’akannya dan janganlah mengucapkan dihadapannya kecuali
kata-kata yang baik.
Berdasarkan
hadits yang diberitakan oleh Ummu Salamah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam telah bersabda. Artinya : “Apabila kalian mendatangi orang yang
sedang sakit atau orang yang hampir mati, maka hendaklah kalian mengucapkan
perkataan yang baik-baik karena para malaikat mengamini apa yang kalian
ucapkan.” Maka perawat harus berupaya memberikan suport mental agar pasien
merasa yakin bahwa Allah Maha Pengasih dan selalu memberikan yang terbaik buat
hambanya, mendoakan dan menutupkan kedua matanya yang terbuka saat roh terlepas
dari jasadnya.
3.
Berbaik Sangka kepada Allah
Perawat
membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT, seperti di dalam hadits
Bukhari“ Tidak akan mati masing-masing kecuali dalam keadaan berbaik sangka
kepada Allah SWT.” Hal ini menunjukkan apa yang kita pikirkan seringkali
seperti apa yang terjadi pada kita karena Allah mengikuti perasangka umatNya.
4.
Membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut
Disunnahkan bagi orang-orang yang hadir untuk membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut tersebut dengan air atau minuman. Kemudian disunnahkan juga untuk membasahi bibirnya dengan kapas yg telah diberi air. Karena bisa saja kerongkongannya kering karena rasa sakit yang menderanya, sehingga sulit untuk berbicara dan berkata-kata. Dengan air dan kapas tersebut setidaknya dapat meredam rasa sakit yang dialami orang yang mengalami sakaratul maut, sehingga hal itu dapat mempermudah dirinya dalam mengucapkan dua kalimat syahadat. (Al-Mughni : 2/450 milik Ibnu Qudamah)
Disunnahkan bagi orang-orang yang hadir untuk membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut tersebut dengan air atau minuman. Kemudian disunnahkan juga untuk membasahi bibirnya dengan kapas yg telah diberi air. Karena bisa saja kerongkongannya kering karena rasa sakit yang menderanya, sehingga sulit untuk berbicara dan berkata-kata. Dengan air dan kapas tersebut setidaknya dapat meredam rasa sakit yang dialami orang yang mengalami sakaratul maut, sehingga hal itu dapat mempermudah dirinya dalam mengucapkan dua kalimat syahadat. (Al-Mughni : 2/450 milik Ibnu Qudamah)
5.
Menghadapkan orang yang sakaratul maut ke arah kiblat
Kemudian disunnahkan untuk
menghadapkan orang yang tengah sakaratul maut kearah kiblat. Sebenarnya
ketentuan ini tidak mendapatkan penegasan dari hadits Rasulullah Saw., hanya
saja dalam beberapa atsar yang shahih disebutkan bahwa para salafus shalih
melakukan hal tersebut. Para Ulama sendiri telah menyebutkan dua cara bagaimana
menghadap kiblat :
a)
Berbaring terlentang diatas punggungnya, sedangkan kedua telapak kakinya
dihadapkan kearah kiblat. Setelah itu, kepala orang tersebut diangkat sedikit
agar ia menghadap kearah kiblat.
b)
Mengarahkan bagian kanan tubuh orang yang tengah sakaratul maut menghadap ke
kiblat. Dan Imam Syaukai menganggap bentuk seperti ini sebagai tata cara yang
paling benar. Seandainya posisi ini menimbulkan sakit atau sesak, maka
biarkanlah orang tersebut berbaring kearah manapun yang membuatnya selesai.
3.4 PELAYANAN
HOMECARE
a)
Pengertian
Homecare adalah perawatan pasien di rumah yang
melibatkan anggota keluarga dalam proses perawatan dan penyembuhan
pasien. Perawatan ini dibantu oleh tim kesehatan professional (dokter, perawat
/ fisiotherapist) yang biasa di datangkan ke rumah pasien sewaktu-waktu jika
diperlukan.
b)
Manfaat :
1.
Pasien lebih dekat dengan keluarga sehingga menciptakan rasa aman dan nyaman
antara pasien dan keluarganya
2.
Melibatkan keluarga dalam perawatan pasien sehingga pasien tidak merasa
diabaikan
3.
Meningkatkan kualitas hidup pasien
4.
Menghemat biaya
5.
Keluarga tidak kehilangan waktu dan tenaga untuk pergi-pulang ke rumah sakit
c)
Pasien Homecare
1.
Penderita lanjut usia yang tidak dirawat di rumah sakit tetapi masih memerlukan
pelayanan kesehatan
2.
Bayi / Anak-anak yang berkebutuhan khusus dan memerlukan pelayanan kesehatan
khusus untuk tumbuh kembang mereka
3.
Pasien pasca rawat inap dari rumah sakit
4.
Pasien yang dinyatakan oleh ahli medis bahwa penyakitnya parah dan secara medis
tidak dapat disembuhkan lagi
Melihat pasien homecare di no. 4 menunjukkan salah satu
metode tersebut sesuai dengan pasien yang menghadapi sakaratul maut. Perawatan
secara teratur seorang pasien di rumah oleh tim medis (home care) bisa
mengantarkan pasien yang menghadapi sakaratul maut mencapai khusnul khatimah
atau kematian terbaik di tengah kehangatan keluarganya.
Meninggal dunia di rumah dengan ditunggui sanak keluarga
tersayangmerupakan dambaan bagi setiap orang. Kebanyakan pasien yang tinggal di
rumah, semuanya ditunggui oleh keluarga di waktu meninggal. Mereka meninggal
antara pukul 00.00-06.00, disusul 06.00-12.00 dan 18.00-24.00. Penyebab
kematian diduga karena stadium akhir. (dr. Probosuseno, Sp.PD, K-Ger,
2010)
Adanya perawatan di rumah tersebut
membuat pasien merasa dibesarkan hatinya dengan adanya dialog, saling berbagi
rasa dengan sanak keluarga sehingga bias mengurangi rasa sakit ataupun
kesedihan yang dirasa.
Homecare
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perawatan dalam menghadapi kondisi
tubuh yang semakin rapuh. Perawatan homecare merupakan salah satu bentuk
perawatan paliatif yang merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang
manusiawi dengan tujuan menghilangkan penederitaan dan meningkatkan kualitas
hidup penderita dan keluarga
BAB
III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
3.1 SIMPULAN
Orang yang sakit tetap dapat melaksanakan ibadah semampunya.
Seperti berzikir, bershalawat, membaca doa-doa, maupun melaksanakan shalat
sekalipun. Jika masih maupun dan sanggup, wajib dalam melaksanakan shalat
fardhu dengan berdiri sekalipun bersandar ke dinding atau ke tiang atau
tongkat.
Orang yang sakit wajib melaksanakan semua kewajiban shalat tepat pada waktunya menurut kemampuannya.
Orang yang sakit wajib melaksanakan semua kewajiban shalat tepat pada waktunya menurut kemampuannya.
Jika termasuk orang yang kesulitan berwudhu dia boleh
menjamak shalatnya seperti layaknya seorang musafir. Jika dia sulit untuk
shalat pada waktunya boleh menjamak antara dzuhur dengan ashar dan antara
magrib dan isya baik jamak taqdim maupun jamak takhir sesuai dengan kemampuannya.
Kalau dia mau dia boleh memajukan shalat asharnya di gabung dengan dzuhur atau
mengakhirkan dzuhurnya digabung dengan ashar di waktu shalat ashar. Jika mau
boleh juga dia memajukan shalat isya untuk digabung engan shalat maghrib
diwaktu maghrib atau sebaliknya. Adapun shalat subuh maka tidak boleh dijamak
dengan shalat yang sebelumnya atau sesudahnya karena waktunya terpisah dari
waktu shalat sebelumnya dan shalat sesudahnya.
DAFTAR
PUSTAKA
http://ponpesalfithrahgp.wordpress.com/2008/10/22/khodam-jin-dan-khodam-malaikat
http://www.indoislamicstore.com/buku-islami/1729-rahasia-ibadah-orang-sakit.html
Moh. Ali
Aziz, dkk, 2012, Fiqih Medis,
Surabaya : Imtiyaz
Basyir,
Azhar, 1982, falsafah ibadah dalam islam,
Jogjakarta : UII
M. Djaelani,
Bisri,2009, Thibbun Nabi : Revolusi Medis
Nabi Muhammad SAW , Jogjakarta : mirza media pustaka
Kisyik,
Abdul Hamid. 1991. Mati Menebus Dosa.
Jakarta: Gema Insani Press.
Potter
dan Perry. 2002. Fundamental Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar