Posted by : Intan Nur K
Dosen : Muh Sowwam,S.kep.,Ns
Materi
KMB Nafas
PNEUMONIA
Pengertian PNEUMONIA
-
proses
peradangan akut yang terjadi pada perenkim paru yang biasa berasal dari suatu
infeksi dan melibatkan organ bronki. (Nelson, 1994).
ETIOLOGI
-
Bakteri,
seperti Pneumococcus, Staphylococcus, Streptococcus
-
Virus Haemoliticus influenza, Virus sinsisial
pernafasan, Hantavirus, Virus influenza, Virus parainfluenza, Adenovirus,
Rhinovirus, Virus herpes simpleks, Sitomegalovirus, Virus Influensa, Virus
Synsitical respiratorik, Adenovirus, Rubeola, Varisella, Pneumococcus,
Streptococcus, Staphilococcus
-
Mycoplasma
pneumonia(pada anak yang relatif besar)
Faktor
resiko umum
-
Individu
yang mengalami depresi refleks batuk (karena medikasi, keadaan yang melemahkan,
atau otot-otot pernafasan lemah),
-
telah
mengaspirasi benda asing ke paru-paru selama periode tidak sadar (cedera
kepala, anestesi),
-
mempunyai
mekanisme menelan abnormal.
-
Pasien
yang berbaring secara pasif di tempat tidur untuk jangka waktu yang cukup lama,
yang secara relatif immobil dan bernafas dangkal.
-
Lansia
terutama mereka yang rentan terhadap
pneumonia karena depresi reflek batuk dan glotis.
-
Merokok,
karena asap rokok
Faktor
resiko Meningkatkan Kematian akibat pneumonia
-
Umur
dibawah 2 bulan
-
Tingkat
sosio ekonomi rendah
-
Gizi
kurang
-
Berat
badan lahir rendah
-
Tingkat
pendidikan ibu rendah
-
Tingkat pelayanan (jangkauan) pelayanan
kesehatan rendah
-
Kepadatan
tempat tinggal
-
Imunisasi
yang tidak memadai
-
Menderita
penyakit kronis
Penyebaran
-
akibat
inhalasi mikroba yang ada di udara, aspirasi organisme dari nasofarinks
(penyebab paling sering pneumonia bakterialis)
-
penyebaran
hematogen dari fokus infeksi yang jauh.
TANDA DAN GEJALA
-
menggigil,
demam, nyeri pleurutik, batuk, sputum yang berwarna seperti karat. Namun kadang
didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas.
-
Ronki
atau friction rub dapat terdengar di atas jaringan yang terserang oleh karena
eksudat dan fibrin dalam alveolus dan dapat pula pada permukaan pleura.
-
hipoksemia
dalam tingkat tertentu, akibat pirau darah melalui daerah paru-paru yang tak
mengalami ventilasi atau konsolidasi.
-
tampak
sakit berat dan gelisah, demam lebih dari 40 C, takikardi, pernafasan yang
cepat dan dangkal, dan pernafasan cuping hidung.
-
Pada inspeksi, hemitoraks sisi lesi tampak
tertinggal pada pernafasan dan mungkin terdapat nyeri pada waktu penderita
bernafas dalam.
-
Pada perkusi didapatkan redup pada daerah
lesi, suara nafas bronkial, dan fremitus vokal
mengeras, ada ronki basah.
-
Jika pada pemeriksaan jantung ditemukan
adanaya perubahan batas-batas jantung dan peningkatan vena jugularis, perlu
dipikirkan adanya komplikasi pembesaran jantung akibat gagal jantung,
penjalaran infeksi ke perikardium dan adanya efusi pleura.
Klasifikasi
1.
Berdasarkan
keparahan
-
Pnemonia
berat
sesak nafas berat, retraksi/ tarikan
dinding dada
-
Pnemonia
nafas cepat > 50x/mnt usia 2 bln
– 1 th dan 40 x/mnt usia 1-5 th.
-
Bukan
Pnemonia
Batuk pilek disertai demam, nafas
cepat (-), retraksi dinding dada (-)
2.
Berdasarkan
etiologi
-
Pnemonia
Bakterialis
Stapilococcuspnomonia, Haemophilus
influenza pnomonia, Klebsilia, Pseodomonas
-
Pnomonia
Viral
Cytomegalovirus, Adenovirus,
Respiratory syntical virus, injfluenza A dan B
-
Aspiration
Pnomonia
Aspirasi makanan, cairan amnion pada
neonatus, bedak bayi, kerosin
3.
Berdasarkan
klinis dan epidemiologis:
-
Pneumonia komuniti (community-acquired
pneumonia).
-
Pneumonia
nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial pneumonia).
-
Pneumonia
aspirasi.
-
Pneumonia pada penderita immunocompromised.
PATOFISIOLOGI
-
Bakteri
yang masuk ke dalam paru melalui saluran nafas masuk ke bronkioli dan alveoli,
menimbulkan reaksi peradangan hebat dan menghasilkan cairan edema yang kaya
protein dalam alveoli dan jaringan interstisial.
-
Kuman
pneumococcus dapat meluas ke porus Kohn dari alveoli ke alveoli ke seluruh
segmen/lobus.
-
Timbulnya
hepatisasi merah adalah akibat perembesan eritrosit dan beberapa leukosit dari
kapiler paru-paru. Alveoli dan septa menjadi penuh dengan cairan edema yang
berisi eritrosit dan fibrin serta relatif sedikit leukosit sehingga alveoli
menjadi melebar.
-
Paru menjadi tidak berisi udara lagi, kenyal
dan berwarna merah.
-
Pada tingkat lebih lanjut, aliran darah
menurun, alveoli penuh dengan leukosit dan relatif sedikit eritrosit.
-
Kuman pneumococcus difagositosis oleh leukosit
dan sewaktu resolusi berlangsung, makrofag masuk ke dalam alveoli dan menelan
leukosit bersama kuman pneumococcus di dalamnya.
-
Paru masuk ke dalam tahap hepatisasi abu-abu
kekuningan.
-
Secara perlahan-lahan sel darah merah yang
mati dan eksudatfibrin dibuang dari alveoli. Terjadi resolusi sempurna, paru
menjadi normal kembali tanpa kehilangan kemampuan dalam pertukaran gas.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
-
Sinar
x : mengidentifikasikan
distribusi struktural (misal lobar, bronkial), dapat juga menyatakan abses
luar/infiltrat, empiema (staphylococcus); infiltarsi menyebar atau
terlokalisasi (bakterial); atau penyebaran/perluasan infiltrat nodul (lebih
sering virus).
-
GDA/oksimetri
: tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru
yang terlibat dan penyakit paru ynag ada.
-
Pemeriksaan
gram/kultur sputum dan darah : dapat diambil dengan biopsi jarum, aspirasi
transtrakeal, bronkoskopi fiberoptik, atau biopsi pembukaan paru untuk
mengatasi organisme penyebab. Kultur sputum dapat tak mengidentifikasi semua organisme
yang ada. Kultur darah dapat menunjukkan bakteremia sementara.
-
Pemeriksaan darah : leukositosis biasanya ada, meslipun sel
darah putih rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan virus
memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.
-
Pemeriksaan
serologi : seperti titer virus atau
Legionella, aglutinin dingin membantu dalam membedakan diagnosis organisme
khusus.
-
LED : meningkat
-
Pemeriksaan fungsi paru :
volume mungkin menurun(kongesti dan kolaps alveolar); tekanan jalan
nafas mungkin meningkat dan komplain menurun. Mungkin
terjadi perembesan (hipoksemia)
-
Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah
-
Bilirubin
: mungkin meningkat
-
Aspirasi
perkutan/biopsi jaringan paru terbuka :
dapat menyatakn intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasma (CMV); karakteristik sel raksasa (rubeolla).
PENATALAKSANAAN
-
antibiotik
sesuai seperti yang ditetapkan oleh hasil pewarnaan Gram. Penisilin G merupakan
antibiotik pilihan untuk infeksi S. pneomonia. Medikasi efektif lainnyatermasuk
eritromisin, klindamisin, sefalosporin generasi kedua dan ketiga, penisilin
lainnya, dan trimetoprimsulfametoksazol (Bactrim).
-
Inhalasi lembab, hangat sangat membantu dalam
menghilangkan iritasi bronkial.
-
Tirah baring sampai infeksi menunjukkan
tanda-tanda penyembuhan.
-
Berikan oksigen Jika terjadi hipoksemia.
Tindakan dukungan pernafasan, seperti intubasi
endotrakeal, inspirasi oksigen konsentrasi tinggi, ventilasi mekanis,
dan tekanan ekspirasi akhir positif (PEEP).
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Smeltzer
dan Bare (2002) :
- Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d banyaknya sekresi trakeobronkial.
Ă° Meningkatkan batuk
-
Monitor
hasil tes fungsi paru
-
Bantu
klien dalam posisi duduk dengan kepala sedikit fleksi, bahu relaks, dan lutut
fleksi
-
Anjurkan klien untuk nafas dalam beberapa kali
-
Anjurkan klien untuk nafas dalam dan tahan
selama dua detik, lalu batukkan saat ekspirasi dua atau tiga kali sekresi
-
Tingkatkan hidrasi cairan sistemik, jika perlu
-
SPIROMETRI èTes fungsi Paru
=>. Suction jalan
nafas
–
Tentukan
kebutuhan suction oral/trakeal
–
Auskultasi
bunyi nafas sebelum dan setelah suction
–
Berikan
informasi tentang suction
–
Gunakan
universal precaution, jika perlu
–
Berikan
airway nasal untuk membantu nasotracheal suction
–
Anjurkan
klien nafas dalam sebelum suction dan beri terapi O2 jika perlu
–
Perhatikan
tipe dan jumlah sekresi
–
Monitor
status oksigenasi, sebelum, selama, dan setelah suction
=>. Managemen jalan nafas
–
Monitor
respirasi dan status oksigenasi
–
Auskultasi
bunyi nafas, adanya penurunan atau tidak adanya ventilasi, dan adanya suara
nafas tambahan
–
Berikan
bronkodilator sesuai indikasi
–
Anjurkan
klien menggunakan inhaler
–
Berikan
terapi nebulizer, jika perlu
–
Berikan
terapi O2, jika perlu
–
Tingkatkan
intake cairan untuk mempertahankan keseimbangan cairan
- Intoleransi aktivitas b/d perubahan fungsi pernafasan.
=>. Manajemen
energi
-Kaji keterbatasan fisik klien
- Kaji perasaan klien tentang keterbatasan
- Kaji persepsi klien tentang kelelahan dan faktor penyebab
kelelahan (perawatan, nyeri, dan pengobatan)
- Monitor intake nutrisi klien sebagai sumber energi
- Monitor respon kardiorespiratori saat beraktivitas (takikardi,
disritmia, dispnea, diaforesis, pucat, tekanan hemodinamik, dan RR)
- Monitor pola tidur klien dan jumlah jam tidur
- Batasi aktivitas fisik yang berlebihan yang dapat mempengaruhi
fungsi kognitif dan regulasi aktivitas klien
- Bantu aktivitas fisik reguler klien (ambulsi, berpindah, personal
care, jika perlu
- Gunakan latihan ROM aktif/pasif untuk mengembalikan kekuatan otot
- Ajarkan klien mengenali tanda dan gejala kelelahan yang
membutuhkan pengurangan dalam beraktivitas dan melaporkan
- Risiko kekurangan volume cairan b/d demam dan dispnea.
=>. Monitor cairan
–
Kaji
riwayat intake cairan dan eliminasi sebelumnya
–
Kaji
kemungkinan faktor resiko ketidakseimbangan cairan
–
Monitor
intake dan output
–
Monitor
warna dan kualitas urin
–
Monitor
vital sign
–
Monitor membran mukosa, turgor kulit, dan rasa
haus
–
Pertahankan
aliran cairan intravena
=>. Manajemen cairan
–
Monitor
keabnormalan elektrolit
–
Tingkatkan
intake oral
–
Berikan
terapi infus
–
Monitor
tanda dan gejala retensi
–
Monitor
vital sign
–
Monitor
manifestasi ketidakseimbangan elektrolit
–
Kaji
membran mukosa, sklera dan kulit yang mengindikasikan kekurangan/keseimbangan
cairan
–
Berikan
tranfusi darah, jika perlu
- Kurang pengetahuan tentang program pengobatan dan tindakan kesehatan preventif.
=>. Pembelajaran : prosedur/perawatan
- Informasikan klien waktu dan lama pelaksanaan prosedur/perawatan
- Kaji pengalaman klien dan tingkat pengetahuan klien tentang prosedur
yang akan dilakukan
- Jelaskan tujuan prosedur/perawatan
- Instruksikan klien utnuk berpartisipasi
selama prosedur/perawatan
- Jelaskan hal-hal yang perlu dilakukan
setelah prosedur/perawatan
- Instruksikan klien menggunakan tehnik koping untuk mengontrol beberapa
aspek selama prosedur/perawatan (relaksasi dan imagery)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar