Posted by : Intan Nur k
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR/Patah Tulang
Kunaryanti,
S.Kep.,Ners
Definisi
v FRAKTUR adalah terputusnya kontinuitas tulang &ditentukan sesuai
jenis&luasnya. (Smeltzer, 2002 )
v FRAKTUR adl terputusnya kontinuitas jaringan tulang & atau tulang rawan
baik yg bersifat total maupun sebagian yg umumnya disebabkan oleh tekanan /
rudapaksa (Manjoer, 2005)
Etiologi
- Trauma
ü Trauma langsung → benturan dan
cedera pd tulang( jatuh pada kecelakaan)
ü Trauma tidak langsung →titik tumpuan benturan dan fraktur
berjauhan, Ex: jatuh terpeleset di kamar mandi pada orang tua
- Fraktur patologik (kelemahan tulang hilang akibat penyakit kanker, osteoporosis)
- Patah karena letih/ akibat tekanan berulang-ulang.
- Patah karena tulang tidak dapat mengabsorbsi energi karena berjalan terlalu jauh.
Klasifikasi fraktur
v Klasifikasi Berdasarkan Penyebab :
1.
Fraktur
akibat trauma langsung.
2.
Fraktur
akibat trauma tidak langsung.
3.
Fraktur
patologis.
Trauma Langsung Trauma tidah langsung Trauma patologis
Klasifikasi BERDASARKAN KEADAAN LUKA
- Fraktur Tertutup (Close Fracture)/(Simple Fracture)
Ø fraktur yang fragmen tulangnya tidak menembus kulit sehingga tempat
fraktur tidak tercemar oleh lingkungan / tidak mempunyai hubungan dengan dunia
luar
- Fraktur Terbuka (Open Fracture) / (Compound Fracture).
Ø fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada
kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari dalam), atau from without (dari luar).
- Fraktur dengan komplikasi (Complicated Fracture).
Ø fraktur yang disertai dengan komplikasi, misalnya mal-union,
delayed union, non-union, dan infeksi tulang
Klasifikasi Berdasarkan garis patah
1.
Fraktur komplet,
bila garis patahnya menyeberang korteks tulang pada sisi yang lain. Jadi
mengenai seluruh korteks tulang.
2.
Fraktur inkomplet/greenstik,
bila tidak mengenai korteks tulang pada sisi yang lain. Jadi masih ada korteks
tulang yang masih utuh.
Klasifikasi berdasarkan bentuk FRAKTUR
- Fraktur tranversal à fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu tulang.
- Fraktur obligà fraktur yg garis patanya membentuk sudut terhadap tulang/miring.
- Fraktur spiral à fraktur yg meluas dan mengelilingi tulang
- Mutipel à fraktur yg terjadi lebih dari 1 patahan
Ket: A. Transversal, B. Oblik, C. Spiral, D. Multipel
Manifestasi klinis
1)
Nyeri
terus menerus dan bertambah berat sampai fragmen tulang
dismobilisasi.
2)
Setelah
terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan/ hilangnya fungsi &
bergerak secara tdk alamiah (gerakan luar biasa shg trjdi pergeseran fragmen yg
menyebabkan adanya deformitas (terlihat/pun teraba)
3)
Pada
fraktur panjang terjadi pemendekan tulang.
4)
Saat
ektremitas diperiksa dengan tangan, teraba Adanya derik tulang (krepitus) yg teraba akibat gesekan antara fragmen satu
dg yg lain.
5)
Pembengkakan
dan perubahan warna local pada kulit.
Terjadi sbg akibat trauma&perdarahan yg mengikuti fraktur.
Pemeriksaan penunjang
1)
Radiologi
:X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur,
deformitas, sedangan CT scan utk mendeteksi struktur fraktur yg
kompleks.
2)
Laboratorium :Pada fraktur test lab. yg perlu diketahui : Hb, Ht sering rendah
akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan
lunak sangat luas.
3)
Pemeriksaan
mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapatkan
mikroorganisme penyebab infeksi.
4)
Biopsi
tulang dan otot: pada intinya
pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila
terjadi infeksi.
5)
Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan fraktur
6)
MRI
(Magnetic Resonance Imaging): menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.
Komplikasi
1)
Rasa
tidak enak pada tubuh, bisa
disebabkan karena tekanan kulit atau pakaian
2)
Iritasi
kulit dan luka yang disebabkan
oleh penekanan
3)
Perdarahan: berasal dari tulang sendiri atau fragmen fraktur yang merobek
pembuluh darah
4)
Adanya
Infeksi terutama jika luka terkontaminasi
dan debridemen tidak memadai
5)
Compartment
syndroma adalah suatu keadaan peningkatan
takanan yang berlebihan di dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif
pada suatu tempat.
6)
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan bisa menyebabkan
menurunnya oksigenasi.
7)
Mal
union
ü Keadaan dimana kedua fragmen tulang menyambung/tulang yang patah
telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya, membentuk sudut atau miring.
8)
non union
ü Sambungan kedua fragmen tulang yang patah yang tidak dpt menyambung kembali
9)
Delayed
union
ü proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan kecepatan yang
lebih lambat dari keadaan normal.
Mal
union Non Union Delayed Union
PENATALAKSANAAN
v Prinsip penatalaksanaan medis pada
fraktur dikenal dengan istilah 4 R, yaitu
1.
REKOGNISI
1.
Mampu
mengenal fraktur ( jenis, lokasi, akibat
) untuk menentukan intervensi selanjutnya.
2.
REDUKSI
1.
Tindakan
dengan membuat posisi tulang mendekati keadaan normal, dikenal dengan 2 jenis
reduksi, yaitu :
2.
Reduksi tertutup
–
Mengembalikan
pergerakan dengan cara manual ( tertutup ) dengan tarikan untuk menggerakkan
ujung fragmen tulang (ex: pemasangan gips, traksi, ).
3.
Reduksi terbuka
–
Pembedahan
dengan tujuan memasang alat utk mempertahankn pergerakan dengan plate, screw,
pin, wire, nail.
3.
RETENSI
Melakukan
imobilisasi, dengan pemasangan gips, imobilisasi external yang dikenal dengan
Fixation External Djoko Sharov ( FEDS ), dan imobilisasi internal ( ORIF )
4.
REHABILITASI
Mengembalikan
fungsi ke semula termasuk fungsi tulang, otot dan jaringan sekitarnya. Yaitu
dg:
–
fisioterapi&terapi
okupasi.
–
Mempertahankan
reduksi dan imobilisasi
–
Elevasi
untuk meminimalkan swelling, bisa dilakukan kompres dingin
–
Monitor
status neurovaskuler (sirkulasi, nyeri, sensasi, pergerakan), Kontrol ansietas
dan nyeri
–
Partisipasi
pada kegiatan sehari-hari
Jenis-jenis tindakan /penanganan medis pada fraktur:
Ø Rest / mengistirahatkan ekstremitas
–
Tujuan:
v Mempercepat penyembuhan
v Meminimalkan terjadinya inflamasi, bengkak dan nyeri
v Imobilisasi tulang/sendi
Ø TRAKSI
–
Merupakan
tindakan dengan memberikan suatu tarikan dengan 2 arah yang berlawanan, juga
ditambahkan dengan adanya beban untuk menarik.
–
Tujuan:
v Mengurangi fraktur dan atau dislokasi, mempertahankan alignment
v Mengurangi spasme otot dan nyeri, meningkatkan excercise
v Melakukan koreksi, mengurangi dan mencegah deformitas tulang
Ø PEMASANGAN GIPS
5.
Merupakan
tindakan memasang plaster atau fiberglass pada area fraktur.
6.
Tujuan:
1.
Imobilisasi
2.
Mencegah
dan mengoreksi deformitas
3.
Mempertahankan
alignment
4.
Mempercepat
penyembuhan
Ø REDUKSI INTERNAL →ORIF (Open Reduction Internal Fixation)
Merupakan
tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada derah fraktur, kemudian
melakukan implant pins, screw, wires, rods, plates dan protesa pada tulang yang
patah
-
Tujuan:
•
Imobilisasi
sampai tahap remodeling
•
Melihat
secara langsung area fraktur
Ø REDUKSI EKSTERNAL (FEDS: Fiksasi Eksternal Djoko Sarav)
Asuhan keperawatan
Pengkajian
Ø BIODATA à
menghindari salah pasien
Ø Riwayat kesehatan / riwayat penyakit
Ø Aktivitas à
keterbatasan gerak, kesulitan dlm istirahat dan tidur karena nyeri
Ø Neurosensori à
berkurangnya sensasi, kebas
Ø Sirkulasi à
tekanan darah (hiper karena ansietas, stress atau hipo karen perdarahan), nadi,
capillary refill, kulit kuku pucat, odema
Ø Kenyamanan/nyerià
skala nyeri, PQRST, yg mempengaruhi nyeri. Nyeri lbh baik drpd tidak pd pasien
fraktur.
NB: Dst ttg pola fungsi
gordon
Ø Merupakan tindakan pembedahan dg melakukan insisi kecil perkutaneus
untuk memasang pins pada tulang yg patah dan menyambungkan pins pada frame
metal eksternal yg cukup besar, mencegah pergerakan.
Ø Manfaat:
•
Mengakibatkan
perdarahan minimal dibanding ORIF
•
Ambulasi
dan mobilisasi sendi bisa dilakukan dini, mengurangi nyeri
•
Mempermudah
perawatan luka di sekitar fraktur
Pemeriksaan
fisik
Ø Gambaran umum
•
Keadaan
umum
•
Kesakitan,
keadaan penyakit
•
Tanda-tanda
vital
•
Secara
sistemik dari kepala sampai kelamin
Ø Keadaan lokal
•
Look
( inspeksi)
•
Feel
( palpasi )
•
Move
( pergerakan terutama rentang gerak ) dll.
Diagnosa keperawatan
- Nyeri b.d fraktur tulang.
- Kerusakan/Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan musculoskeletal.
- Kerusakan jaringan/ kerusakan integritas kulit b.d imobilisasi fisik.
- Resiko infeksi b.d kerusakan jaringan dan peningkatan pajanan terhadap lingkungan.
- Resiko terhadap kerusakan pertukaran gas b.d perubahan aliran: emboli lemak.
- Penurunan curah jantung b.d kegiatan beban kerja ventikuler
Intervensi ggn mobilitas
1)
Kaji
derajat immobilitas
2)
Intruksikan
latihan rentang gerak
3)
Bantu
mobilisasi dengan menggunakan alat bantu (kursi roda, kruk, tongkat)
4)
Ubah
posisi secara periodik
5)
Tingkatkan
jumlah diet serat
6)
Kolaborasi
ahli fisioterapi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar