Dosen : Dr. Joko Daryanto
Silabus : patologi
Oleh : Intan Nur (Indi)
Kampus : akper yappi sragen
•
Imunitas
spesifik merupakan mekanisme yang ampuh untuk menyingkirkan patogen dan antigen
asing. Mekanisme efektor tidak spesifik untuk antigen asing. Karena itu respon
imun dan reaksi inflamasi yang menyertai respon imun kadang-kadang disertai
kerusakan jaringan tubuh sendiri, baik lokal maupun sistemik.
•
Dalam
keadaan normal ada toleransi terhadap antigen self sehingga tidak terjadi
respon imun terhadap jaringan tubuh sendiri.
•
Namun
ada kalanya respon atau reaksi imun itu berlebihan atau tidak terkontrol dan
reaksi demikian disebut Reaksi Hipersentifitas.
•
Reaksi
hipersentifitas dapat terjadi bila jumlah antigen yang masuk relatif banyak
atau bila status imunologik seseorang baik selular maupun humoral meningkat.
•
Reaksi
itu tidak pernah timbul pada pemaparan pertama dan merupakan ciri khas individu
bersangkutan.
•
Reaksi
hipersensitifitas menimbulkan manifestasi klinik dan patologik yang sangat
heterogen, dan heterogenitas itu ditentukan oleh :
- Jenis respon imun yang mengakibatkan kerusakan
jaringan.
- Sifat dan lokasi antigen yang menginduksi atau
merupakan sasaran dari respon imun tersebut.
•
Anafilaksis adalah suatu reaksi yang bersifat akut,
menyeluruh dan bisa menjadi berat. Anafilaksis terjadi pada seseorang yang
sebelumnya telah mengalami sensitifitas akibat pemaparan terhadap suatu
alergen.
•
Anafilaksis
tidak terjadi pada kontak pertama dengan alergen. Pada pemaparan kedua atau
pada pemaparan berikutnya, terjadi suatu reaksi alergi. Reaksi ini terjadi
secara tiba-tiba, berat dan melibatkan seluruh tubuh.
•
Syok
anafilaktik(= shock
anafilactic ) adalah reaksi anafilaksis yang disertai hipotensi, dengan atau
tanpa penurunan kesadaran.
Reaksi Anafilaktoid adalah suatu reaksi anafilaksis yang
terjadi tanpa melibatkan antigen-antibodi kompleks. Karena kemiripan gejala dan
tanda biasanya diterapi sebagai anafilaksis.
Penyebab yang sering terjadi adalah :
•
Beberapa
golongan alergen yang dapat menimbulkan reaksi anafilaksis, yaitu makanan,
obat-obatan, racun hewan / serangga dan alergen lain yang tidak bisa di
golongkan.
Alergen yang sering penyebab Anafilaksis
- Makanan
Lobster, udang, kepiting, kerang,
Ikan; Kacang-kacangan dan biji-bijian;
Buah beri, Putih telur, Daging ayam, Susu,dll.
- Obat
Obat Hormon, Antibiotika, Enzim, Vaksin,
Darah, Serum Toxoid : ATS, ABU, dll.
GAMBARAN KLINIS
•
Secara
klinis gejala anafilaksis dapat berupa reaksi lokal dan reaksi sistemik.
•
Reaksi
lokal terdiri dari urtikaria dan angioedema pada daerah yang kontak dengan
antigen. Reaksi lokal dapat berat tetapi jarang sekali fatal.
•
Reaksi
sistemik terjadi pada organ target seperti traktus respiratorius, sistem
kardiovaskular, traktus gastrointestinalis, dan kulit. Reaksi ini biasanya
terjadi dalam waktu 30 menit sesudah kontak dengan penyebab.
Reaksi sistemik
•
Gejala
awal reaksi sistemik ringan adalah rasa gatal dan panas di bagian perifer tubuh,
biasanya disertai perasaan penuh dalam mulut dan tenggorokan. Gejala permulaan
ini dapat disertai dengan hidung tersumbat dan pembengkakan peri orbita. Dapat
juga disertai rasa gatal pada membran mukosa, keluarnya air mata, dan bersin.
Gejala ini biasanya timbul dalam 2 jam sesudah kontak dengan antigen. Lamanya
gejala bergantung pada pengobatan, umumnya berjalan 1-2 hari atau lebih pada
kasus kronik.
•
Masa
awitan biasanya pendek, timbul mendadak dengan tanda dan gejala seperti reaksi
sistemik ringan dan reaksi sistemik sedang, kemudian dengan cepat dalam
beberapa menit (terkadang tanpa gejala permulaan) timbul bronkospasme hebat dan
edema laring disertai serak, stridor, dispnu berat, sianosis, dan kadangkala terjadi
henti napas. Edema faring, gastrointestinal dan hipermotilitas menyebabkan
disfagia, kejang perut hebat, diare dan muntah. Kejang umum dapat terjadi,
dapat disebabkan oleh rangsangan sistem saraf pusat atau karena hipoksia.
Kolaps kardiovaskular menyebabkan hipotensi, aritmia jantung, syok dan koma.
•
Pada dasarnya tubuh kita memiliki imunitas
alamiah yang bersifat non-spesifik dan imunitas spesifik ialah sistem imunitas
humoral yang secara aktif diperankan oleh sel limfosit B, yang memproduksi 5
macam imunoglobulin (IgG, IgA, IgM, IgD dan IgE) dan sistem imunitas seluler
yang dihantarkan oleh sel limfosit T, yang bila mana ketemu dengan antigen lalu
mengadakan diferensiasi dan menghasilkan zat limfokin, yang mengatur sel-sel
lain untuk menghancurkan antigen tersebut.
•
Bilamana suatu alergen masuk ke tubuh, maka
tubuh akan mengadakan respon. Bilamana alergen tersebut hancur, maka ini
merupakan hal yang menguntungkan, sehingga yang terjadi ialah keadaan imun.
Tetapi, bilamana merugikan, jaringan tubuh menjadi rusak, maka terjadilah
reaksi hipersensitivitas atau alergi.
•
Reaksi hipersentsitivitas memiliki 4 tipe reaksi
seperti berikut:
a. Tipe
I : Reaksi Anafilaksi
b. Tipe
II : reaksi sitotoksik
c. Tipe
III : reaksi imun kompleks
d. Tipe IV : Reaksi tipe lambat
Tipe
I : Reaksi Anafilaksi
•
Di sini antigen atau alergen bebas akan bereaksi
dengan antibodi, dalam hal ini IgE yang terikat pada sel mast atau sel
basofil dengan akibat terlepasnya histamin. Keadaan ini menimbulkan reaksi tipe
cepat.
Tipe
II : reaksi sitotoksik
•
Di sini antigen terikat pada sel sasaran.
Antibodi dalam hal ini IgE dan IgM dengan adanya komplemen akan diberikan
dengan antigen, sehingga dapat mengakibatkan hancurnya sel tersebut. Reaksi ini
merupakan reaksi yang cepat menurut Smolin (1986), reaksi allografi dan
ulkus Mooren merupakan reaksi jenis ini.
Tipe
III : reaksi imun kompleks
•
Di sini antibodi berikatan dengan antigen dan
komplemen membentuk kompleks imun. Keadaan ini menimbulkan neurotrophichemotactic
factor yang dapat menyebabkan terjadinya peradangan atau kerusakan lokal.
Pada umumnya terjadi pada pembuluh darah kecil. Pengejawantahannya di kornea
dapat berupa keratitis herpes simpleks, keratitis karena bakteri.(stafilokok,
pseudomonas) dan jamur. Reaksi demikian juga terjadi pada keratitis Herpes
simpleks.
Tipe
IV : Reaksi tipe lambat
•
Pada reaksi hipersensitivitas tipe I, II dan III
yang berperan adalah antibodi (imunitas humoral), sedangkan pada tipe IV yang
berperan adalah limfosit T atau dikenal sebagai imunitas seluler. Limfosit T
peka (sensitized T lymphocyte) bereaksi dengan antigen, dan menyebabkan
terlepasnya mediator (limfokin) yang jumpai pada reaksi penolakan pasca
keratoplasti, keraton- jungtivitis flikten, keratitis Herpes simpleks dan
keratitis diskiformis
Defisiensi
Imun dan Peradangan
•
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme
pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan
mengindentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor. Sistem ini mendeteksi
berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan melindungi
tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit. Serta menghancurkan
zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dari jaringan
agar tetap dapat berfungsi seperti biasa.
•
Sistem Imun adalah struktur epektif yang
menggabungkan spesifisitas dan adaptasi. Kegagalan pertahanan dapat muncul, dan
jatuh pada 3 kategori yaitu:
1. Defisiensi Imun
2. Autoimunitas
3. Hipersensitivitas
1. Defisiensi
Imun
•
Defisiensi Imun muncul ketika satu atau lebih
komponen sistem Imun tidak aktif, menyebabkan munculnya penyakit, infeksi.
•
Respon
imun berkurang pada usia tua,
penggunaan Alkohol dan narkoba, kekurangan nutrisi
•
Defisiensi imun merupakan penyebab dari penyakit
genetika, seperti severe combined immunodeficiency, atau diproduksi oleh
farmaseutikal atau infeksi, seperti sindrom defisiensi imun dapatan (AIDS) yang
disebabkan oleh retrovirus HIV.
2. Autoimunitas
•
Respon imun terlalu aktif menyebabkan disfungsi
imun yang disebut autoimunitas. Sistem imun gagal membedakan untuk memusnahkan dengan tepat
antara diri sendiri atau agent lain
yang menyerang dari bagian tubuh.
•
Penyakit autoimun menyebabkan sistem imun yang
hiperaktif menyerang jaringan normal seperti jaringan tersebut dianggap merupakan benda asing.
•
Penyakit autoimun yang umum termasuk rheumatoid
arthritis, diabetes melitus tipe 1 dan lupus erythematosus.
Tentang
Autoimunitas
•
Autoimunitas adalah respon imun terhadap antigen
jaringan sendiri yang disebabkan kegagalan mekanisme normal yang berperan untuk
mempertahankan self tolerance sel B,sel T atau keduanya.
•
Autoimunitas terjadi karena self antigen yang
dapt menimbulkan aktivasi,proliferasi serta diferensiasi sel T autoreaktif
menjadi sel efektor yang menimbulkan kerusakan jaringan dan berbagai organ.
Patogenesis
Autoimunitas
Penyebab penyakit autoimun belum diketahui secara pasti namun beberapa pakar berpendapat pnyebabnya merupakan multifaktor baik eksogen maupun endogen.
•
Tetapi ada beberapa faktor pencetus terjadinya
autoimunitas yaitu sebagai berikut :
a. Faktor genetik
b. Infeksi dan kemiripan molekular
c. Sequested antigen
d. Kegagalan autoregulasi
e. Aktivasi sel B poliklonal
f. Obat-obatan
a. Faktor genetik
b. Infeksi dan kemiripan molekular
c. Sequested antigen
d. Kegagalan autoregulasi
e. Aktivasi sel B poliklonal
f. Obat-obatan
. Hipersensitivitas
•
Adalah respon imun yang merusak jaringan tubuh
sendiri. Mereka terbagi menjadi 4 kelas (tipe I-IV) yaitu:
a. Reaksi anafilaksi
b. Reaksi sitotoksik
c. reaksi imun kompleks
d. reaksi toep lambat
Respon
Imun Terbagi menjadi 2 yaitu:
•
1. Respon
nonspesifik yaitu respon imun secara non selektif melawan bahan asing. Ini
Adalah pertahanan pertama membentuk sel-sel atipikal (sel asing, mutan atau
yang mengalami cidera). Contohnya: peradangan.
•
2. Respon
imun spesifik yaitu suatu mikroba invasif yang masuk, komponen-komponen
spesifik sistem imun melakukan persiapan untuk secara selektif menyerang benda
asing tersebut. Sistem imun tidak saja mampu mengenali molekul asing sebagai
sesuatu yang bermolekul sendiri, sel-sel sistem imun spesifik, yakni limfosit.
•
Adalah salah satu dari respon pertama sistem
imun terhadap infeksi, adapun gejala dari peradangan adalah kemerahan dan
bengkak yang di akibatkan oleh peningkatan aliran darah ke jaringan, peradangan
di produksi oleh eikosanoid dan sitokin, yang dikeluarkan oleh sel yang
terinfeksi atau terluka. Eikosanoid termasuk prostaglandin yang memproduksi
demam dan pembesaran pembuluh darah berkaitan dengan peradangan dan leukotrin
yang menarik sel darah putih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar