Askep
Hipertensi
Asuhan
keperawatan pada penderita hipertensi ( askep hipertensi ) merupakan panduan sederhana
yang dapat digunakan oleh perawat atau paramedis dalam mengambil tindakan
terhadap kondisi pasien.
A.
Pendahuluan
Hipertensi merupakan penyakit yang makin banyak dijumpai di Indonesia, terutama di kota besar. Di negara industri, hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama. Di Indonesia hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang sangat perlu diperhatikan oleh dokter, perawat, serta tim kesehatan lainnya yang berkeja pada pelayanan kesehatan primer, karena angka prevalensinya yang tinggi akibat jangka panjang yang ditimbulkannya.
Hipertensi merupakan penyakit yang makin banyak dijumpai di Indonesia, terutama di kota besar. Di negara industri, hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama. Di Indonesia hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang sangat perlu diperhatikan oleh dokter, perawat, serta tim kesehatan lainnya yang berkeja pada pelayanan kesehatan primer, karena angka prevalensinya yang tinggi akibat jangka panjang yang ditimbulkannya.
Berdasarkan
penyebabnya hipertensi dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu hipertensi
primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer meliputi lebih kurang 90%
dari seluruh pasien hipertensi dan 10% lainnya disebabkan oleh hipertensi
sekunder. Hanya 50% dari golongan hipertensi sekunder dapat diketahui
penyebabnya dan dari golongan ini hanya beberapa persen yang dapat diperbaiki
kelainannya. Oleh karena itu upaya penanggulangan hipertensi terhadap
hipertensi primer baik mengenai patogenesis maupun tentang pengobatannya.
Hipertensi
tidak boleh dianggap penyakit yang ringan karena jika terlambat memberikan
pertolongan penyakit ini akan merenggut nyawa penderita. (Prof. Tjokronegoro,
Arjatma, 2001)
B.
Pembahasan
1. Pengertian
1. Pengertian
Hipertensi
adalah peningkatan tekanan pada systole, yang tingginya tergantung umur
individu yang terkena. Tekanan darah
berfluktuasi dalam batas – batas tertentu, tergantung pada posisi tubuh, umur
dan tingkat stress. Hipertensi juga dapat digolongkan sebagai ringan, sedang
atau berat, berdasarkan diastole. Hipertensi ringan apabila tekanan diastole 95
– 104 mmHg, hipertensi sedang apabila tekanan diastole 105 – 114 mmHg,
hipertensi berat apabila tekanan diastole > 115 mmHg.
Menurut WHO
(1978) batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan
tekanan darah sama dengan atau di atas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai
hipertensi. Hipertensi adalah peningkatan tekana darah di atas normal yaitu
bila tekanan sistolik (atas) 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolic (bawah)
90 mmHg atau lebih.
2.
Patofisiologi
Meningkatnya
tekanan darah di dalam saluran arteri bisa terjadi melalui beberapa cara, yaitu
: jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada
setiap detiknya, arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku,
sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui
arteri tersebut, karena-nya darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk
melalui pembuluh darah yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya
tekanan. Inilah yan terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah
menebal dan kaku karena arteriosklerosis.
Dengan cara
yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu
jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena
perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
Bertambahnya cairan dalam sirkuilasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah, hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh, volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanand arah juga meningkat, sebaliknya jia : aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun.
Bertambahnya cairan dalam sirkuilasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah, hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh, volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanand arah juga meningkat, sebaliknya jia : aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun.
Penyesuaian
terhadap faktor – faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi
ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari system saraf yang mengatur berbagai
fungsi tubuh secara otomatis).
Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara : jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali normal. Jika tekanan darah menururn, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali normal. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut rennin, yang memicu pembentukan hormone angiotensin, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron. Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah, karena iti berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.
Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara : jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali normal. Jika tekanan darah menururn, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali normal. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut rennin, yang memicu pembentukan hormone angiotensin, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron. Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah, karena iti berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.
Misalnya
penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis)
bisa menyebabkan hipertensi. Perdangan dan cedera pada salah satu atau kedua
ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah.
Sistem saraf
simpatis merupakan bagian dari system saraf otonom, yang untuk sementara waktu
akan : meningkatkan tekanan darah selama respon fight – or – flight (reaksi
fisik tubuh terhadap ancaman dari luar). Meningkatkan kecepatan dan kekuatan
denyut jantung; jugta mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar
arteteriola di daerah tertentu (misalnya otot rangka, yang memerlukan pasokan
darah yang lebih banyak). Mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal,
sehingga akan meningkatkan volume darah dalam tubuh. Melepaskan hormone
epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin), yang merangsang jantung
dan pembuluh darah.
3. Etiologi
a. Usia
Hipertensi akan makin meningkat dengan meningkatnya usia hipertensi pada yang berusia dari 35 tahun dengan jelas menaikkan insiden panykit arteri dan kematian premature.
Hipertensi akan makin meningkat dengan meningkatnya usia hipertensi pada yang berusia dari 35 tahun dengan jelas menaikkan insiden panykit arteri dan kematian premature.
b. Jenis
Kelamin
berdasar jenis kelamin pria umumnya terjadi insiden yang lebih tinggi daripada wanita. Namun pada usia pertengahan, insiden pada wanita mulai meningkat, sehingga pada usia di atas 65 tahun, insiden pada wanita lebih tinggi.
berdasar jenis kelamin pria umumnya terjadi insiden yang lebih tinggi daripada wanita. Namun pada usia pertengahan, insiden pada wanita mulai meningkat, sehingga pada usia di atas 65 tahun, insiden pada wanita lebih tinggi.
c. Ras
Hipertensi pada yang berkulit hitam paling sedikit dua kalinya pada yang berkulit putih.
Hipertensi pada yang berkulit hitam paling sedikit dua kalinya pada yang berkulit putih.
d. Pola
Hidup
Faktor seperti halnya pendidikan, penghasilan dan faktor pola hidup pasien telah diteliti, tanpa hasil yang jelas. Penghasilan rendah, tingkat pendidikan rendah dan kehidupan atau pekerjaan yang penuh stress agaknya berhubungan dengan insiden hipertensi yang lebih tinggi. Obesitas juga dipandang sebagai faktor resiko utama. Merokok dipandang sebagai faktor resiko tinggi bagi hipertensi dan penyakit arteri koroner. Hiperkolesterolemia dan hiperglikemia adalah faktor – faktor utama untuk perkembangan arterosklerosis yang berhubungan dengan hipertensi.
Faktor seperti halnya pendidikan, penghasilan dan faktor pola hidup pasien telah diteliti, tanpa hasil yang jelas. Penghasilan rendah, tingkat pendidikan rendah dan kehidupan atau pekerjaan yang penuh stress agaknya berhubungan dengan insiden hipertensi yang lebih tinggi. Obesitas juga dipandang sebagai faktor resiko utama. Merokok dipandang sebagai faktor resiko tinggi bagi hipertensi dan penyakit arteri koroner. Hiperkolesterolemia dan hiperglikemia adalah faktor – faktor utama untuk perkembangan arterosklerosis yang berhubungan dengan hipertensi.
4.
Berdasarkan penyebab, hipertensi di bagi dalam 2 golongan :
a. Hipertensi primer / essensial
Merupakan hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui, biasanya berhubungan dengan faktor keturunan dan lingkungan
b. Hipertensi sekunder
Merupakan hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui secara pasti, seperti gangguan pembuluh darah dan penyakit ginjal.
a. Hipertensi primer / essensial
Merupakan hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui, biasanya berhubungan dengan faktor keturunan dan lingkungan
b. Hipertensi sekunder
Merupakan hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui secara pasti, seperti gangguan pembuluh darah dan penyakit ginjal.
5. Faktor
pencetus
a. Obesitas
b. Kebiasaan merokok
c. Minuman beralkohol
d. Penyakit kencing manis dan jantung
e. Wanita yang tidak menstruasi
f. Stress dan kurang olah raga
g. Diet yang tidak seimbang, makanan berlemak dan tinggi kolesterol
a. Obesitas
b. Kebiasaan merokok
c. Minuman beralkohol
d. Penyakit kencing manis dan jantung
e. Wanita yang tidak menstruasi
f. Stress dan kurang olah raga
g. Diet yang tidak seimbang, makanan berlemak dan tinggi kolesterol
6. Tanda dan
Gejala
a. Sakit
kepala dan pusing
b. Nyeri kepala berputar
c. Rasa berat di tengkuk
d. Marah / emosi tidak stabil
e. Mata berkunang – kunang
f. Telinga berdengung
g. Sukar tidur h. Kesemutan
i. Kesulitan bicara
j. Rasa mual / muntah
k. Epistaksis
l. Migren
m. Mudah lelah
n. Tinistus yang diduga berhubungan dengan naiknya tekanan darah
b. Nyeri kepala berputar
c. Rasa berat di tengkuk
d. Marah / emosi tidak stabil
e. Mata berkunang – kunang
f. Telinga berdengung
g. Sukar tidur h. Kesemutan
i. Kesulitan bicara
j. Rasa mual / muntah
k. Epistaksis
l. Migren
m. Mudah lelah
n. Tinistus yang diduga berhubungan dengan naiknya tekanan darah
7.
Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi
hipertensi berdasarkan The Joint National Commite on Detection Evaluation and
Treatmen of High Blood Pressure, adalah sebagai berikut :
Kategori Sistolik Diastolik
a. Normal tinggi (perbatasan) 130 – 139 85 – 89
b. Stadium 1, ringan 140 – 159 90 – 99
c. Stadium 2, sedang 160 – 179 100 – 109
d. Stadium 3, berat 180 – 209 110 – 119
e. Stadium 4, sangat berat 210 > 120 >
Kategori Sistolik Diastolik
a. Normal tinggi (perbatasan) 130 – 139 85 – 89
b. Stadium 1, ringan 140 – 159 90 – 99
c. Stadium 2, sedang 160 – 179 100 – 109
d. Stadium 3, berat 180 – 209 110 – 119
e. Stadium 4, sangat berat 210 > 120 >
8.
Komplikasi
a. Stroke
b. Infakr miokard
c. Gagal ginjal
d. Ensefalopati
e. Gangguan penglihatan
a. Stroke
b. Infakr miokard
c. Gagal ginjal
d. Ensefalopati
e. Gangguan penglihatan
9.
Penatalaksanaan Medik
a.
Penatalaksanaan farmakologis / perubahan gaya hidup pengurangan asupan garam
dan upaya penurunan berat badan, menghindari faktor resiko seperti merokok,
minum alcohol, hiperlipidemia dan stress.
b.
Penatalaksanaan dengan obat berlandaskan beberapa prinsip
- Pengobatan hipertensi sekunder lebih mengutamakan pengobatan kasual.
- Pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dengan hartapan memperpanjang umur dan mengurangi komplikasi.
- Upaya menurunkan tekana darah dicapai denga menggunakan obat anti hipertensi selain dengan perubahan gaya hidup.
- Pengobatan hipertensi primer adalah pengobatan jangka panjang dengan kemungkinan besar untuk seumur hidup.
- Pengobatan penggunaan obat golongan diuretic, penyekat beta antagonis kalsium, dan penghambat enzim koversi angiotensin (penghambat ACE) merupakan anti hipertensi yang sering digunakan.
10.
Penanganan, Perawatan dan Pencegahan Hipertensi
a. Berobat / memeriksakan diri secara teratur
b. Minum obat secara teratur
c. Jangan menghentikan, mengubah dan menambah dosis dan jenis obat tanpa petunjuk dokter
d. Konsultasikan dengan petugas kesehatan jika menggunakan obat untuk penyakit lain karena ada jenis obat yang dapat meningkatkan dan memperburuk hipertensi
e. Usahakan untuk mempertahankan berat badan yang seimbang dengan mencegah kegemukan
f. Batasi pemakaian garam (sodium)
g. Tidak merokok
h. Memperhatikan diet dengan memperbanyak makan buah dan sayuran dan membatasi minuman beralkohol
i. Hindari minum kopi berlebihan
j. Periksa tekanan darah secara teratur terutama jika usia sudah mencapai 40 tahun
a. Berobat / memeriksakan diri secara teratur
b. Minum obat secara teratur
c. Jangan menghentikan, mengubah dan menambah dosis dan jenis obat tanpa petunjuk dokter
d. Konsultasikan dengan petugas kesehatan jika menggunakan obat untuk penyakit lain karena ada jenis obat yang dapat meningkatkan dan memperburuk hipertensi
e. Usahakan untuk mempertahankan berat badan yang seimbang dengan mencegah kegemukan
f. Batasi pemakaian garam (sodium)
g. Tidak merokok
h. Memperhatikan diet dengan memperbanyak makan buah dan sayuran dan membatasi minuman beralkohol
i. Hindari minum kopi berlebihan
j. Periksa tekanan darah secara teratur terutama jika usia sudah mencapai 40 tahun
C. Asuhan Keperawatan Hipertensi / askep hipertensi
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan iskemia miokard
Tujuan : Tidak terjadi penurunan curah jantung
Rencana Tindakan :
a) Pantau tekanan darah, ukur pada kedua tangan / paha untuk evaluasi awal
b) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
c) Amati warna kulit, kelembaban suhu dan masa pengisian
d) Catat edema umum / tertentu
e) Berikan lingkungan yang tenang, kurangi aktivitas / keributan lingkungan
f) Anjurkan tehnik relaksasi, aktivitas pengalihan
g) Kolaborasi dengan dokter dalam pengobatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan iskemia miokard
Tujuan : Tidak terjadi penurunan curah jantung
Rencana Tindakan :
a) Pantau tekanan darah, ukur pada kedua tangan / paha untuk evaluasi awal
b) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
c) Amati warna kulit, kelembaban suhu dan masa pengisian
d) Catat edema umum / tertentu
e) Berikan lingkungan yang tenang, kurangi aktivitas / keributan lingkungan
f) Anjurkan tehnik relaksasi, aktivitas pengalihan
g) Kolaborasi dengan dokter dalam pengobatan
2.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
Tujuan : Intoleransi aktivitas teratasi
Rencana tindakan :
a) Kaji skala aktivitas
b) Perhatikan frekuensi nadi, dispnea, nyeri dada, keletihan dan kelemahan berlebihan diaforesis, pusing atau pingsan.
c) Instruksikan pasien tentang penghematan energi d) Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas / perawatan diri bertahap
e) Berikan bantuan sesuai kebutuhan
Tujuan : Intoleransi aktivitas teratasi
Rencana tindakan :
a) Kaji skala aktivitas
b) Perhatikan frekuensi nadi, dispnea, nyeri dada, keletihan dan kelemahan berlebihan diaforesis, pusing atau pingsan.
c) Instruksikan pasien tentang penghematan energi d) Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas / perawatan diri bertahap
e) Berikan bantuan sesuai kebutuhan
3. Nyeri
kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral
Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang
Rencana tindakan :
a) kaji skala nyeri b) Kaji penyebab nyeri, catat penyebab, kualitas, regional dan waktu
c) Observasi tanda – tanda vital terutama tekanan darah
d) Berikan tindakan nonfarmakologik, misalnya : kompres dingin, pijat punggung dan tehnik relaksasi. e) Hilangkan / minimalkan aktivitas vasokokstriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala.
f) Bantu pasien dalam aktivitas
g) Kolaborasi dengan dokter dalam mpemberian anagetik
Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang
Rencana tindakan :
a) kaji skala nyeri b) Kaji penyebab nyeri, catat penyebab, kualitas, regional dan waktu
c) Observasi tanda – tanda vital terutama tekanan darah
d) Berikan tindakan nonfarmakologik, misalnya : kompres dingin, pijat punggung dan tehnik relaksasi. e) Hilangkan / minimalkan aktivitas vasokokstriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala.
f) Bantu pasien dalam aktivitas
g) Kolaborasi dengan dokter dalam mpemberian anagetik
4. Perubahan
nutrisi kebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebihan
sehubungan dengan kebutuhan metabolic.
Tujuan : Tidak terjadi peningkatan masukan berlebihan Rencana tindakan :
a) Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara hipertensi dengan kegemukan
b) Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam dan gula sesuai indikasi
c) Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan
d) Dorong pasien untuk mempertahankan masukan makanan
e) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian makanan
Tujuan : Tidak terjadi peningkatan masukan berlebihan Rencana tindakan :
a) Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara hipertensi dengan kegemukan
b) Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam dan gula sesuai indikasi
c) Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan
d) Dorong pasien untuk mempertahankan masukan makanan
e) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian makanan
5
. Koping
individu inefektif berhubungan dengan krisis situasional maturasional
Tujuan : Koping individu kembali efektif
Rencana tindakan :
a) kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku. Misalnya menyatakan perasaan dan perhatian b) catat laporan gangguan tidur, peningkatan, keletihan, kerusakan konsentrasi
c) Bantu pasien untuk mengidentifikasikan stressor spesifik dan cara mengatasinya
d) Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan, beri dorongan partisipasi maksi
Tujuan : Koping individu kembali efektif
Rencana tindakan :
a) kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku. Misalnya menyatakan perasaan dan perhatian b) catat laporan gangguan tidur, peningkatan, keletihan, kerusakan konsentrasi
c) Bantu pasien untuk mengidentifikasikan stressor spesifik dan cara mengatasinya
d) Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan, beri dorongan partisipasi maksi
mum dalam
pengobatan
e) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu
e) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu
6. Kurang
pengetahuan kebutuhan pembelajaran mengenai kondisi, rencana pengobatan
Tujuan : Pengetahuan meningkat
Rencana Tindakan :
a) Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar
b) Tetapkan dan nyatakan batas tekanan darah normal, jelaskan tentang hipertensi dan efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak c) Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor – faktor resiko kardiovaskuler. Misalnya : obesitas, diet lemak, kolesterol, merokok dan minum alkohol
d) Bahas pentingnya menghentikan rokok, dan bantu pasien dalam rencana untuk berhenti merokok
e) Jelaskan tentang obat yang diresepkan, rasional, dosis, efek samping.
Tujuan : Pengetahuan meningkat
Rencana Tindakan :
a) Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar
b) Tetapkan dan nyatakan batas tekanan darah normal, jelaskan tentang hipertensi dan efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak c) Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor – faktor resiko kardiovaskuler. Misalnya : obesitas, diet lemak, kolesterol, merokok dan minum alkohol
d) Bahas pentingnya menghentikan rokok, dan bantu pasien dalam rencana untuk berhenti merokok
e) Jelaskan tentang obat yang diresepkan, rasional, dosis, efek samping.
D.
Kesimpulan Secara umum hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala,
dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya
resiko terhadap stroke, aneurisme, gagal jantung, serangan jantung dan
kerusakan ginjal. Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara
alami. Bayi dan anak – anak secara normal memiliki
tekanan
darah yang jauh lebih rendah dari pada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi
oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat akan melakukan
aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari
akan berbeda paling tinggi pada waktu pagi hari dan paling rendah pada saat
tidur malam hari.
Askep Hipertensi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar