Selasa, 15 Oktober 2013

Materi KMB Pernapasan :: PNEUMONIA



Posted by : Intan Nur K
Dosen : Muh Sowwam,S.kep.,Ns

Materi KMB Nafas
PNEUMONIA


Pengertian PNEUMONIA
-          proses peradangan akut yang terjadi pada perenkim paru yang biasa berasal dari suatu infeksi dan melibatkan organ bronki. (Nelson, 1994).
-          Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau alveoli.


ETIOLOGI
-          Bakteri, seperti Pneumococcus, Staphylococcus, Streptococcus
-          Virus  Haemoliticus influenza, Virus sinsisial pernafasan, Hantavirus, Virus influenza, Virus parainfluenza, Adenovirus, Rhinovirus, Virus herpes simpleks, Sitomegalovirus, Virus Influensa, Virus Synsitical respiratorik, Adenovirus, Rubeola, Varisella, Pneumococcus, Streptococcus, Staphilococcus
-          Mycoplasma pneumonia(pada anak yang relatif besar)
Faktor resiko umum
-          Individu yang mengalami depresi refleks batuk (karena medikasi, keadaan yang melemahkan, atau otot-otot pernafasan lemah),
-          telah mengaspirasi benda asing ke paru-paru selama periode tidak sadar (cedera kepala, anestesi),
-          mempunyai mekanisme menelan abnormal.
-          Pasien yang berbaring secara pasif di tempat tidur untuk jangka waktu yang cukup lama, yang secara relatif immobil dan bernafas dangkal.
-          Lansia terutama mereka yang  rentan terhadap pneumonia karena depresi reflek batuk dan glotis.
-          Merokok, karena asap rokok
Faktor resiko Meningkatkan Kematian akibat pneumonia
-          Umur dibawah 2 bulan
-          Tingkat sosio ekonomi rendah
-          Gizi kurang
-          Berat badan lahir rendah
-          Tingkat pendidikan ibu rendah
-          Tingkat pelayanan (jangkauan) pelayanan kesehatan rendah
-          Kepadatan tempat tinggal
-          Imunisasi yang tidak memadai
-          Menderita penyakit kronis

Penyebaran
-          akibat inhalasi mikroba yang ada di udara, aspirasi organisme dari nasofarinks (penyebab paling sering pneumonia bakterialis)
-          penyebaran hematogen dari fokus infeksi yang jauh.

TANDA DAN GEJALA
-          menggigil, demam, nyeri pleurutik, batuk, sputum yang berwarna seperti karat. Namun kadang didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas.
-          Ronki atau friction rub dapat terdengar di atas jaringan yang terserang oleh karena eksudat dan fibrin dalam alveolus dan dapat pula pada permukaan pleura.
-          hipoksemia dalam tingkat tertentu, akibat pirau darah melalui daerah paru-paru yang tak mengalami ventilasi atau konsolidasi.
-          tampak sakit berat dan gelisah, demam lebih dari 40 C, takikardi, pernafasan yang cepat dan dangkal, dan pernafasan cuping hidung.
-          Pada inspeksi, hemitoraks sisi lesi tampak tertinggal pada pernafasan dan mungkin terdapat nyeri pada waktu penderita bernafas dalam.
-          Pada perkusi didapatkan redup pada daerah lesi, suara nafas bronkial, dan fremitus vokal  mengeras, ada ronki basah.
-          Jika pada pemeriksaan jantung ditemukan adanaya perubahan batas-batas jantung dan peningkatan vena jugularis, perlu dipikirkan adanya komplikasi pembesaran jantung akibat gagal jantung, penjalaran infeksi ke perikardium dan adanya efusi pleura.
Klasifikasi
1.      Berdasarkan keparahan
-          Pnemonia berat
sesak nafas berat, retraksi/ tarikan dinding dada
-          Pnemonia
nafas cepat > 50x/mnt usia 2 bln – 1 th dan 40 x/mnt usia 1-5 th.
-          Bukan Pnemonia
Batuk pilek disertai demam, nafas cepat (-), retraksi dinding dada (-)
2.      Berdasarkan etiologi
-          Pnemonia Bakterialis
Stapilococcuspnomonia, Haemophilus influenza pnomonia, Klebsilia, Pseodomonas
-          Pnomonia Viral
Cytomegalovirus, Adenovirus, Respiratory syntical virus, injfluenza A dan B
-          Aspiration Pnomonia
Aspirasi makanan, cairan amnion pada neonatus, bedak bayi, kerosin
3.      Berdasarkan klinis dan epidemiologis:
-          Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia).
-          Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial pneumonia).
-          Pneumonia aspirasi.
-          Pneumonia pada penderita immunocompromised.
PATOFISIOLOGI
-          Bakteri yang masuk ke dalam paru melalui saluran nafas masuk ke bronkioli dan alveoli, menimbulkan reaksi peradangan hebat dan menghasilkan cairan edema yang kaya protein dalam alveoli dan jaringan interstisial.
-          Kuman pneumococcus dapat meluas ke porus Kohn dari alveoli ke alveoli ke seluruh segmen/lobus.
-          Timbulnya hepatisasi merah adalah akibat perembesan eritrosit dan beberapa leukosit dari kapiler paru-paru. Alveoli dan septa menjadi penuh dengan cairan edema yang berisi eritrosit dan fibrin serta relatif sedikit leukosit sehingga alveoli menjadi melebar.
-          Paru menjadi tidak berisi udara lagi, kenyal dan berwarna merah.
-          Pada tingkat lebih lanjut, aliran darah menurun, alveoli penuh dengan leukosit dan relatif sedikit eritrosit.
-          Kuman pneumococcus difagositosis oleh leukosit dan sewaktu resolusi berlangsung, makrofag masuk ke dalam alveoli dan menelan leukosit bersama kuman pneumococcus di dalamnya.
-          Paru masuk ke dalam tahap hepatisasi abu-abu kekuningan.
-          Secara perlahan-lahan sel darah merah yang mati dan eksudatfibrin dibuang dari alveoli. Terjadi resolusi sempurna, paru menjadi normal kembali tanpa kehilangan kemampuan dalam pertukaran gas.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
-          Sinar x :  mengidentifikasikan distribusi struktural (misal lobar, bronkial), dapat juga menyatakan abses luar/infiltrat, empiema (staphylococcus); infiltarsi menyebar atau terlokalisasi (bakterial); atau penyebaran/perluasan infiltrat nodul (lebih sering virus).


-          GDA/oksimetri :  tidak normal  mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru ynag ada.
-          Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah :  dapat diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopi fiberoptik, atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab. Kultur sputum dapat tak mengidentifikasi semua organisme yang ada. Kultur darah dapat menunjukkan bakteremia sementara.
-          Pemeriksaan darah : leukositosis biasanya ada, meslipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan virus memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.
-          Pemeriksaan serologi : seperti titer virus atau Legionella, aglutinin dingin membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
-          LED :  meningkat
-          Pemeriksaan fungsi paru :  volume mungkin menurun(kongesti dan kolaps alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain menurun. Mungkin terjadi perembesan (hipoksemia)
-          Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah
-          Bilirubin : mungkin meningkat
-          Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka : dapat menyatakn intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasma (CMV);  karakteristik sel  raksasa (rubeolla).

PENATALAKSANAAN
-          antibiotik sesuai seperti yang ditetapkan oleh hasil pewarnaan Gram. Penisilin G merupakan antibiotik pilihan untuk infeksi S. pneomonia. Medikasi efektif lainnyatermasuk eritromisin, klindamisin, sefalosporin generasi kedua dan ketiga, penisilin lainnya, dan trimetoprimsulfametoksazol (Bactrim).
-          Inhalasi lembab, hangat sangat membantu dalam menghilangkan iritasi bronkial.
-          Tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda penyembuhan.
-          Berikan oksigen Jika terjadi hipoksemia. Tindakan dukungan pernafasan, seperti intubasi  endotrakeal, inspirasi oksigen konsentrasi tinggi, ventilasi mekanis, dan tekanan ekspirasi akhir positif (PEEP).
DIAGNOSA KEPERAWATAN
            Menurut Smeltzer dan Bare (2002) :
      1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d banyaknya sekresi trakeobronkial.
Ă°  Meningkatkan batuk
-          Monitor hasil tes fungsi paru
-          Bantu klien dalam posisi duduk dengan kepala sedikit fleksi, bahu relaks, dan lutut fleksi
-          Anjurkan klien untuk nafas dalam beberapa kali
-          Anjurkan klien untuk nafas dalam dan tahan selama dua detik, lalu batukkan saat ekspirasi dua atau tiga kali sekresi
-          Tingkatkan hidrasi cairan sistemik, jika perlu
-          SPIROMETRI èTes fungsi Paru

=>. Suction jalan nafas
        Tentukan kebutuhan suction oral/trakeal
        Auskultasi bunyi nafas sebelum dan setelah suction
        Berikan informasi tentang suction
        Gunakan universal precaution, jika perlu
        Berikan airway nasal untuk membantu nasotracheal suction
        Anjurkan klien nafas dalam sebelum suction dan beri terapi O2 jika perlu
        Perhatikan tipe dan jumlah sekresi
        Monitor status oksigenasi, sebelum, selama, dan setelah suction
=>. Managemen jalan nafas
        Monitor respirasi dan status oksigenasi
        Auskultasi bunyi nafas, adanya penurunan atau tidak adanya ventilasi, dan adanya suara nafas tambahan
        Berikan bronkodilator sesuai indikasi
        Anjurkan klien menggunakan inhaler
        Berikan terapi nebulizer, jika perlu
        Berikan terapi O2, jika perlu
        Tingkatkan intake cairan untuk mempertahankan keseimbangan cairan

      1. Intoleransi aktivitas  b/d perubahan fungsi pernafasan.
=>. Manajemen energi
-Kaji keterbatasan fisik klien
- Kaji perasaan klien tentang keterbatasan
- Kaji persepsi klien tentang kelelahan dan faktor penyebab kelelahan (perawatan, nyeri, dan pengobatan)
- Monitor intake nutrisi klien sebagai sumber energi
- Monitor respon kardiorespiratori saat beraktivitas (takikardi, disritmia, dispnea, diaforesis, pucat, tekanan hemodinamik, dan RR)
- Monitor pola tidur klien dan jumlah jam tidur
- Batasi aktivitas fisik yang berlebihan yang dapat mempengaruhi fungsi kognitif dan regulasi aktivitas klien
- Bantu aktivitas fisik reguler klien (ambulsi, berpindah, personal care, jika perlu
- Gunakan latihan ROM aktif/pasif untuk mengembalikan kekuatan otot
- Ajarkan klien mengenali tanda dan gejala kelelahan yang membutuhkan pengurangan dalam beraktivitas dan melaporkan

      1. Risiko kekurangan volume cairan b/d demam dan dispnea.
=>. Monitor cairan
        Kaji riwayat intake cairan dan eliminasi sebelumnya
        Kaji kemungkinan faktor resiko ketidakseimbangan cairan
        Monitor intake dan output
        Monitor warna dan kualitas urin
        Monitor vital sign
        Monitor membran mukosa, turgor kulit, dan rasa haus
        Pertahankan aliran cairan intravena
=>. Manajemen cairan
        Monitor keabnormalan elektrolit
        Tingkatkan intake oral
        Berikan terapi infus
        Monitor tanda dan gejala retensi
        Monitor vital sign
        Monitor manifestasi ketidakseimbangan elektrolit
        Kaji membran mukosa, sklera dan kulit yang mengindikasikan kekurangan/keseimbangan cairan
        Berikan tranfusi darah, jika perlu

      1. Kurang pengetahuan tentang program pengobatan dan tindakan kesehatan preventif.
=>. Pembelajaran : prosedur/perawatan
- Informasikan klien waktu dan lama  pelaksanaan prosedur/perawatan
- Kaji pengalaman klien dan tingkat pengetahuan klien tentang prosedur yang akan dilakukan
- Jelaskan tujuan prosedur/perawatan
- Instruksikan klien utnuk berpartisipasi selama prosedur/perawatan
- Jelaskan hal-hal yang perlu dilakukan setelah prosedur/perawatan
- Instruksikan klien menggunakan tehnik koping untuk mengontrol beberapa aspek selama prosedur/perawatan (relaksasi dan imagery)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar