Selasa, 15 Oktober 2013

Asuhan Keperawatan Fraktur/Patah Tulang



Posted by : Intan Nur k

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR/Patah Tulang
Kunaryanti, S.Kep.,Ners



Definisi
v  FRAKTUR adalah terputusnya kontinuitas tulang &ditentukan sesuai jenis&luasnya. (Smeltzer, 2002 )
v  FRAKTUR adl terputusnya kontinuitas jaringan tulang & atau tulang rawan baik yg bersifat total maupun sebagian yg umumnya disebabkan oleh tekanan / rudapaksa (Manjoer, 2005)

Etiologi
  1. Trauma
ü  Trauma langsung → benturan dan cedera  pd tulang( jatuh pada kecelakaan)
ü  Trauma tidak langsung →titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, Ex: jatuh terpeleset di kamar mandi pada orang tua
  1. Fraktur patologik (kelemahan tulang hilang akibat penyakit kanker, osteoporosis)
  2. Patah karena letih/ akibat tekanan berulang-ulang.
  3. Patah karena tulang tidak dapat mengabsorbsi energi karena berjalan terlalu jauh.

Klasifikasi   fraktur
v  Klasifikasi Berdasarkan Penyebab :
1.      Fraktur akibat trauma langsung.
2.      Fraktur akibat trauma tidak langsung.
3.      Fraktur patologis.




  
                 

                Trauma Langsung                   Trauma tidah langsung        Trauma patologis

Klasifikasi BERDASARKAN KEADAAN LUKA

  1. Fraktur Tertutup (Close Fracture)/(Simple Fracture)
Ø  fraktur yang fragmen tulangnya tidak menembus kulit sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan / tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar
  1. Fraktur Terbuka (Open Fracture) / (Compound Fracture).  
Ø  fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari dalam), atau  from without (dari luar).
  1. Fraktur dengan komplikasi (Complicated Fracture).
Ø  fraktur yang disertai dengan komplikasi, misalnya mal-union, delayed union, non-union, dan infeksi tulang







Klasifikasi Berdasarkan garis patah
1.      Fraktur komplet, bila garis patahnya menyeberang korteks tulang pada sisi yang lain. Jadi mengenai seluruh korteks tulang.
2.      Fraktur inkomplet/greenstik, bila tidak mengenai korteks tulang pada sisi yang lain. Jadi masih ada korteks tulang yang masih utuh.




Klasifikasi berdasarkan bentuk FRAKTUR
  1. Fraktur tranversal à fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu tulang.
  2. Fraktur obligà fraktur yg garis patanya membentuk sudut terhadap tulang/miring.
  3. Fraktur spiral à fraktur yg meluas dan mengelilingi tulang
  4. Mutipel à fraktur yg terjadi lebih dari 1 patahan

Ket: A. Transversal, B. Oblik, C. Spiral, D. Multipel



Manifestasi klinis
1)      Nyeri terus menerus dan bertambah berat sampai fragmen tulang dismobilisasi.
2)      Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan/ hilangnya fungsi & bergerak secara tdk alamiah (gerakan luar biasa shg trjdi pergeseran fragmen yg menyebabkan adanya deformitas (terlihat/pun teraba)
3)      Pada fraktur panjang terjadi pemendekan tulang.
4)      Saat ektremitas diperiksa dengan tangan, teraba Adanya derik tulang (krepitus)  yg teraba akibat gesekan antara fragmen satu dg yg lain.
5)      Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit. Terjadi sbg akibat trauma&perdarahan yg mengikuti fraktur.

Pemeriksaan penunjang
1)      Radiologi :X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas, sedangan CT scan utk mendeteksi struktur fraktur yg kompleks.
2)      Laboratorium :Pada fraktur test lab. yg perlu diketahui : Hb, Ht sering rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas.
3)      Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapatkan mikroorganisme penyebab infeksi.
4)      Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.
5)      Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan fraktur
6)      MRI (Magnetic Resonance Imaging): menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.

Komplikasi
1)      Rasa tidak enak pada tubuh, bisa disebabkan karena tekanan kulit atau pakaian
2)      Iritasi kulit dan luka yang disebabkan oleh penekanan
3)      Perdarahan: berasal dari tulang sendiri atau fragmen fraktur yang merobek pembuluh darah
4)      Adanya Infeksi terutama jika luka terkontaminasi dan debridemen tidak memadai
5)      Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang berlebihan di dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada suatu tempat.
6)      Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.
7)      Mal union
ü  Keadaan dimana kedua fragmen tulang menyambung/tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya, membentuk sudut atau miring.
8)       non union
ü  Sambungan kedua fragmen tulang yang patah yang tidak dpt  menyambung kembali
9)      Delayed union
ü  proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.




                                        

                                        Mal union         Non Union        Delayed Union

PENATALAKSANAAN
v  Prinsip penatalaksanaan medis pada fraktur dikenal dengan istilah 4 R, yaitu
1.      REKOGNISI
1.      Mampu mengenal  fraktur ( jenis, lokasi, akibat ) untuk menentukan intervensi selanjutnya.
2.      REDUKSI
1.      Tindakan dengan membuat posisi tulang mendekati keadaan normal, dikenal dengan 2 jenis reduksi, yaitu :
2.      Reduksi tertutup
     Mengembalikan pergerakan dengan cara manual ( tertutup ) dengan tarikan untuk menggerakkan ujung fragmen tulang (ex: pemasangan gips, traksi, ).
3.      Reduksi terbuka
     Pembedahan dengan tujuan memasang alat utk mempertahankn pergerakan dengan plate, screw, pin, wire, nail.
3.      RETENSI
Melakukan imobilisasi, dengan pemasangan gips, imobilisasi external yang dikenal dengan Fixation External Djoko Sharov ( FEDS ), dan imobilisasi internal ( ORIF )
4.      REHABILITASI
Mengembalikan fungsi ke semula termasuk fungsi tulang, otot dan jaringan sekitarnya. Yaitu dg:
     fisioterapi&terapi okupasi.
     Mempertahankan reduksi dan imobilisasi
     Elevasi untuk meminimalkan swelling, bisa dilakukan kompres dingin
     Monitor status neurovaskuler (sirkulasi, nyeri, sensasi, pergerakan), Kontrol ansietas dan nyeri
     Partisipasi pada kegiatan sehari-hari
Jenis-jenis tindakan /penanganan medis pada fraktur:
Ø  Rest / mengistirahatkan ekstremitas
     Tujuan:
v  Mempercepat penyembuhan
v  Meminimalkan terjadinya inflamasi, bengkak dan nyeri
v  Imobilisasi tulang/sendi
Ø  TRAKSI
     Merupakan tindakan dengan memberikan suatu tarikan dengan 2 arah yang berlawanan, juga ditambahkan dengan adanya beban untuk menarik.
     Tujuan:
v  Mengurangi fraktur dan atau dislokasi, mempertahankan alignment
v  Mengurangi spasme otot dan nyeri, meningkatkan excercise
v  Melakukan koreksi, mengurangi dan mencegah deformitas tulang
Ø  PEMASANGAN GIPS
5.      Merupakan tindakan memasang plaster atau fiberglass pada area fraktur.
6.      Tujuan:
1.      Imobilisasi
2.      Mencegah dan mengoreksi deformitas
3.      Mempertahankan alignment
4.      Mempercepat penyembuhan

Ø  REDUKSI INTERNAL →ORIF (Open Reduction Internal Fixation)
Merupakan tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada derah fraktur, kemudian melakukan implant pins, screw, wires, rods, plates dan protesa pada tulang yang patah
-          Tujuan:
      Imobilisasi sampai tahap remodeling
      Melihat secara langsung area fraktur
Ø  REDUKSI EKSTERNAL (FEDS: Fiksasi Eksternal Djoko Sarav)

Asuhan keperawatan
Pengkajian
Ø  BIODATA à menghindari salah pasien
Ø  Riwayat kesehatan / riwayat penyakit
Ø  Aktivitas à keterbatasan gerak, kesulitan dlm istirahat dan tidur karena nyeri
Ø  Neurosensori à berkurangnya sensasi, kebas
Ø  Sirkulasi à tekanan darah (hiper karena ansietas, stress atau hipo karen perdarahan), nadi, capillary refill, kulit kuku pucat, odema
Ø  Kenyamanan/nyerià skala nyeri, PQRST, yg mempengaruhi nyeri. Nyeri lbh baik drpd tidak pd pasien fraktur.
NB: Dst ttg  pola fungsi gordon
Ø  Merupakan tindakan pembedahan dg melakukan insisi kecil perkutaneus untuk memasang pins pada tulang yg patah dan menyambungkan pins pada frame metal eksternal yg cukup besar, mencegah pergerakan.
Ø  Manfaat:
      Mengakibatkan perdarahan minimal dibanding ORIF
      Ambulasi dan mobilisasi sendi bisa dilakukan dini, mengurangi nyeri
      Mempermudah perawatan luka di sekitar fraktur
Pemeriksaan fisik
Ø  Gambaran umum
      Keadaan umum
      Kesakitan, keadaan penyakit
      Tanda-tanda vital
      Secara sistemik dari kepala sampai kelamin
Ø  Keadaan lokal
      Look ( inspeksi)
      Feel ( palpasi )
      Move ( pergerakan terutama rentang gerak ) dll.
Diagnosa keperawatan
  1. Nyeri b.d fraktur tulang.
  2. Kerusakan/Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan musculoskeletal.
  3. Kerusakan jaringan/ kerusakan integritas kulit  b.d imobilisasi fisik.
  4. Resiko infeksi b.d kerusakan jaringan dan peningkatan pajanan terhadap lingkungan.
  5. Resiko terhadap kerusakan pertukaran gas b.d perubahan aliran: emboli lemak.
  6. Penurunan curah jantung b.d kegiatan beban kerja ventikuler
Intervensi ggn mobilitas
1)      Kaji derajat immobilitas
2)      Intruksikan latihan rentang gerak
3)      Bantu mobilisasi dengan menggunakan alat bantu (kursi roda, kruk, tongkat)
4)      Ubah posisi secara periodik
5)      Tingkatkan jumlah diet serat
6)      Kolaborasi ahli fisioterapi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar