Oleh : intan nur k
Perguruan tinggi : akper yappi sragen
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan keperawatan prima adalah
pelayanan keperawatan profesional yang memiliki mutu, kualitas, dbersifat
efektif, efisien sehingga memberikan kepuasan pada kebutuhan dan keinginan
lebih dari yang diharapkan pelanggan atau pasien
. Pelayanan prima, sebagaimana tuntutan pelayanan yang memuaskan pelanggan atau masyarakat, maka diperlukan persyaratan agar dapat dirasakan oleh setiap pelayan untuk memiliki kualitas kompetensi yang profesional, dengan demikian kualitas kompetensi profesionalisme menjadi sesuatu aspek penting dan wajar dalam setiap transaksi.
. Pelayanan prima, sebagaimana tuntutan pelayanan yang memuaskan pelanggan atau masyarakat, maka diperlukan persyaratan agar dapat dirasakan oleh setiap pelayan untuk memiliki kualitas kompetensi yang profesional, dengan demikian kualitas kompetensi profesionalisme menjadi sesuatu aspek penting dan wajar dalam setiap transaksi.
Pelayanan prima pada dasarnya
ditunjukan untuk memberikan kepuasan kepada pasien. Pelayanan yang diberikan oleh
rumah sakit harus berkualitas dan memiliki lima dimensi mutu yang utama yaitu :
tangibles, re;iability, responsiveness, assurance, dan empathy.
B.
RUMUSAN MASALAH
·
Apa pengertian
pelayanan keperawatan prima ?
·
Apa
Faktor-faktor pelayanan keperawatan prima ?
·
Bagaimana
Kualitas pelayanan keperawatan ?
·
Apa
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan keperawatan prima ?
C.
TUJUAN
·
Mengetahui
pengertian pelayanan keperawatan prima
·
Mengetahui
Faktor-faktor pelayanan keperawatan prima
·
Mengetahui
Kualitas pelayanan keperawatan
· Mengetahui
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan keperawatan prima
BAB II
ISI
PELAYANAN
KEPERAWATAN PRIMA
A.
Pengertian
Pelayanan Keperawatan Prima
Pelayanan umum (Kep.Men.Pan.No.81 tahun
1993) adalah segala bentuk kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi
pemerintah pusat, didaerah dan BUMN/D dalam bentuk barang dan jasa, baik dalam
rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka ketentuan peraturan
perundang-undangan. Sedangkan pelayanan keperawtan prima adalah pelayanan yang
diberikan kepada pasien berdasarkan standar kualitas untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginan pasien sehingga pasien dapat memperoleh kepuasan dan akhirnya
dapat meningkatkan kepercayaan kepada rumah sakit (Ginting, 2006). Pelayanan
prima merupakan elemen utama rumah sakit dan unit-unit kesehatan agar bisa
bertahan diera globalisasi. Adapun pelayanan kepada masyarakat.tentunya telah
ada suatu ketetapan tatalaksananya. Prosedur dan kewenangan sehingga penerima
pelayanan puas dengan apa yang telah diterimanya.
Pelayanan keperawatan prima adalah
pelayanan keperawatan profesional yang memiliki mutu, kualitas, dbersifat
efektif, efisien sehingga memberikan kepuasan pada kebutuhan dan keinginan
lebih dari yang diharapkan pelanggan atau pasien. Pelayanan prima, sebagaimana
tuntutan pelayanan yang memuaskan pelanggan atau masyarakat, maka diperlukan
persyaratan agar dapat dirasakan oleh setiap pelayan untuk memiliki kualitas
kompetensi yang profesional, dengan demikian kualitas kompetensi
profesionalisme menjadi sesuatu aspek penting dan wajar dalam setiap transaksi.
Pelayanan prima pada dasarnya
ditunjukan untuk memberikan kepuasan kepada pasien. Pelayanan yang diberikan
oleh rumah sakit harus berkualitas dan memiliki lima dimensi mutu yang utama
yaitu : tangibles, re;iability, responsiveness, assurance, dan empathy. Disadari ataupun tidak, penampilan
(tangibles) dari rumah sakit merupakan poin pertama yang ditilik ketika pasien
pertama kali mengetahui keberadaannya. Masalah kesesuain janji (reliability),
pelayanan yang tepat (responsiveness), dan jaminan pelayanan (assurance) merupakan
masalah yang sangat peka dan sering menimbulkan konflik. Dalam proses ini
faktor perhatian (empathy) terhadap pasien tidak dapat dilalaikan oleh pihak
rumah sakit (Fahriadi,2007). Untuk dapat memberikan pelayanan yang prima,
sebuah rumah sakit harus memiliki sumber daya manusia dengan kualitas baik.
Pelayanan dirumah sakit merupakan bentuk pelayananyang diberikan oleh suatu tim
tenaga kesehatan, seperti Dokter, Perawat dan Bidan. Tim keperawatan merupakan
anggota tim garda depan yang menghadapi masalah kesehatan pasien selama 24 jam
secara terus menerus. Bentuk pelayanan dan asuhan keperawatan seyogianya
diberikan oleh perawat yang memiliki kemampuan serta sikap dan kepribadian yang
sesuai dengan tuntutan profesi keperawatan. Sehubungan dengan hal tersebut,
tenaga keperawatan harus dipersiapkan dan ditingkatkan secara teratur,
terencana, dan berkesinambungan (Aisyah, 2008).
B.
Faktor-faktor
pelayanan keperawatan prima
Dalam pengembangan budaya pelayanan
keperawatan prima, Gultom (2006) mengembangkan pelayanan keperawatan priama
dengan menyelaraskan faktor-faktor. Ability (kemampuan), Attitude (sikap),
Appearance (penampilan), Attention (perhatian), Action (tindakan),
Accountability (tanggung jawab).
1. Kemampuan (Ability)
Kemampuan adalah pengetahuan dan
keterampilan yang mutlak diperlukan untuk menunjang program layanan prima, yang
meliputi kemampuan dalam bidang keperawatan yang ditekuni, melaksanakan
komunikasi yang efektif, mengembangkan motivasi, membina hubungan dengan tenaga
kesehatan lain.
Perawat harus mempunayai pengetahuan
dan wawasan luas, terlebih lagi pada saat ini ketika perawat dituntut untuk
menjadi seorang profesional. Pengetahuan dan wawasan yang dimaksud bukan hanya
sebatas bidang keperawatan, tapi menyeluruh. Pengetahuan yang luas dari perawat
sangat berguna untuk memberikan pelayanan keperawatan yang profesional.
Sedangkan menurut Utama (1999), keterampilan merupakan kemampuan untuk
melakukan sesuatu yang baik dan benar. Seorang perawat dikatakan terampil
apabila telah dapat memberikan pelayanan keperawatan dengan baik dan benar.
Baik dan benarnya perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan mengacu pada
dasar pendidikannya dan standar keperawatan. Akan tetapi, keterampilan seorang
perawat bukan hanya tergantung dari tingginya pendidikan yang diterimanya, tapi
pengalaman dalam melakukan pelayanan keperawatan juga sangat berpengaruh
(Zulkifli, 1999).
2. Sikap (Attitude)
Sikap adalah perilaku yang harus
ditonjolkan perawat ketika menghadapi pasien. Dalam memberikan asuhan keperawatan,
perawat menggunakan keahlian, kata-kata yang lembut,sentuhan, memberikan
harapan, selalu berada disamping pasien dan bersikap sebagai media penberi
asuhan. Sikap ini diberikan melalui kejujuran, kepercayaan dan niat baik.
Adapun sikap-sikap dalam pelayanan prima adalah semangat, memakai cara yang
baik, pro-aktif, positif, penuh kesabarab dan tidak mengada-ada, dan tepat
waktu.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan,
sikaf tersebut harus dimiliki oleh seorang perawat karena sikaf perawat juga
sangat berpengaruh terhadap kepuasan pasien. Sikap perawat yang baik dan ramah
dapat menimbulkan rasa simpati pasien terhadap perawat.
3. Penampilan (Appearance)
Penampilan perawat dalah penampilan,
baik berupa fisik maupun nonfisik yang mampu merefleksikan kepercayaan diri dan
kredibilitas dari pihak lain. Penampilan seseorang merupakn salah satu hal
pertama yang diperhatikan selama komuniksi interpersonal. Kesan pertama timbul
dalam 20 detik sampai 4 menit pertama. 84% dari kesan terhadap seseorang
berdasarkan penampilannya (Lalli Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry, 1993).
Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadiaan, status
sosial, pekerjaan, agama, budaya dan konsep diri. Perawat yang memperhatikan
penampilan dirinya dapat menimbulkan cita diri dan profesional yang positif.
Penampilan fisik perawat dapat mempengaruhi persepsi pasien terhadap pelayanan
atau asuhan keperawatan yang diterima, karena tiap pasien mempunyai citra
bagaimana seharusnya penampilan seorang perawat. Walaupun penampilan tidak
sepenuhnya mecerminkan kemampuan perawat tetapi mungkin akan lebih sulit bagi
perawat untuk membina rasa percaya terhadap pasien jika perawat tidak memenuhi
citra pasien.
4. Perhatian ( Attention)
Perhatian adalah kepedulian penuh
terhadap pasien, baik yang berkaitan dengan perhatian akan kebutuhan dan
keinginan pasien maupun pemahaman atas saran dan kritik. Perhatian yang
diberikan perawat, terutama ketika pasien sendiri dan merasa menadi beban bagi
orang lain, adalah sangat berguna untuk mempercepat proses penyembuhan.
Penyakit yang diderita oleh pasien terjadi bukan hanya kelemahan fisiknya,
tetapi dapat juga terjadi karena adanya gangguan pada kejiwaannya. Sikap yang
baik terutama perhatian yang diberikan oleh perawat kepada pasien, diyakuni
ddapat mempercepat proses penyembuhan kejiwaannya. Sehingga dengan sembuhnya
kejiwaan maka dapat mempengaruhi kesembuhan fisiknya.
5. Tindakan (Action)
Tindakan adalah berbagai kegiatan nyata
yang harus dilakukan dalam memberikan layanan kepada pasien. Layanan ini
seyogianya berlandaskan ilmu pengetahuan, prinsip dari teori keperawatan serta
penampilan dan sikap serta sesuai dengan kompetensi dan kewenangan yang diemban
kepada perawat tersebut. Apabila perawat terampil dalam memberikan tindakan
keperawatan, maka secara otomatis pasien juga akan merasakan kepuasan dari
tindakan yang diberikan perawat tersebut. Hal ini teradi karena perawat yang
terampil dapat menimbulkan rasa aman dan nyaman bagi pasien saat melakukan
suatu tindakan. Tindakan perawat yang sesuai dengan standar keperawatan dapat
menjamin bahwa asuhan keperawatan yang diberikan juga berkualitas.
6. Tanggung jawab (Accountability)
Tanggung jawab adalah suatu sikaf
keberpihakan kepada pasien sebagai wujud kepedulian untuk menghindarkan atau
meminimalkan kerugian atau ketidakpuasan pasien. Perawat merupakan salah satu
profesi yang berhubungan dan berinteraksi langsung dengan pasien, baik itu
klien sebagai individu, keluarga maupun masyarakat, oleh karena itu dalam
memberikan asuhan keperawatannya perawat dituntut untuk memahami dan berprilaku
sesuai dengan etika keperawatan. Agar seorang perawat dapat bertanggung jawab
dan bertanggung gugat maka perawat harus memegang teguh nilai-nilai yang
mendasari praktik keperawatan itu sendiri., yaitu : perawat membantu pasien
untuk mencapai tingkat kesehatan optimum, perawat membantu meningkatkan
autonomi pasien mengekspresikan kebutuhannya, perawat mendukung martabat
kemanusiaan dan berprilaku sebagai advokat bagi pasien, perawat menjaga
kerahasiaan pasien, beriorentasi pada akuntabilitas perawat, dan perawat bekera
dalam lingkungan yang kompeten, etik, dan aman (CAN,2001).
Prinsip
pelayanan prima dibidang kesehatan:
1.
Mengutamakan
pelanggan
2.
Sistem yang
efektif
3.
melayani dengan
hati nurani
4.
perbaikan
berkelanjutan pemberdayaan pelanggan
C.
Kualitas
Pelayanan Keperawatan
Kualitas pelayanan merupakan tipe
pengawasan yang berhubungan dengan kegiatan yang dipantau atau diatur dalam
pelayanan berdasarkan kebutuhan atau pandangan konsumen. Penelitian terhadap
kualitas pelayanan keperawatan dirumah sakit tidak semudah menentukan kualitas
barang pada industri manufaktur. Pada industri manufaktur, kualitas barang yang
dihasilkan ditentukan oleh standar baku dan harga. Bila kualitas dibawah
standar atau bila harganya diatas standar untuk barang tertentu maka konsumen
tidak akan mau membelinya. Sedangkan pada bidang kesehatan, konsumen atau
pasien berada pada posisi yang tidak mampu menilai secara pasti kualitas
pelayanan yang diterimanya. Bidang keperawatan, tujuan kualitas pelayanan
adalah untuk memastikan bahwa jasa atau produk pelayanan keperawatan yang
dihasilakan sesuai dengan standar atau keinginan pasien (Nursalam, 2002). Untuk
memenuhi kebutuhan pasien tersebut maka yang paling bertanggung jawab adalah
perawat. Kualitas pelayanan keperawatan dinilai dari berbagai pelayanan itu,
baik bagi perorangan maupun populasi.
Penilaian kualitas pelayanan
keperawatan, terdapat tahap-tahap yang harus dijalani. Menurut Nursalam(2002),
tahap pertama dalam proses ini adalah penyusunan standar atau kriteria. Adalah
sesuatu yang mustahil apabila mengukur sesuatu tanpa adanya suatu standar yang
baku. Tidak hanya harus ada standar, tetapi pemimpin juga harus tanggap dan
melihat bahwa perawat mengetahui dan mengerti standar yang telah ditentukan
tersebut, karena standar bervariasi operasionalnya dalam setiap institusi dan
perawat harus melaksanakan tugasnya sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Tahap kedua adalah mengidentifikasi informasi yang sesuai dengan
kriteria. Informasi-informasi yang diperoleh tersebut dapat dijadikan sebagai
pedoman dalam pengukuran kualitas pelayanan keperawatan.
Tahap tiga adalah identifikasi sumber
informasi. Pemimpin harus yakin terhadap sumber informasi yang didapatkan.
Dalam melakukan pengawasan kualitas pelayanan keperawatan, pemimpin dapat
menemukan banyak informasi dari pasien sendiri yang merupakan sumber yang
sangat membantu. Tahap keempat adalah mengumpulkan dan menganalisa data. Semua
informasi yang telah didapat dari pasien, dapat diadikan sebagai pengukuran
kualitas pelayanan keperawatan. Tahapan terakhir yaitu evaluasi ulang. Jika
semua asuhan keperawatan dilakukan sesuai dengan standar yang berlaku, maka
evvaluasi ulang tidak perlu dilakukan. Evaluasi ulang hanya akan dikerjakan
apabila banyak kegiatan yang dilakukan tidak sesuai dengan standar yang
berlaku. Penelitian standar asuhan keperawatan, maka tindakan yang seharusnya
dilakukan adalah menetapkan standar keperawatan. Standar keperawatan yang telah
terbentuk akan membantu dalam meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan, yang
konsisten, kontiniu, dan bermutu. Standar keperawatan juga dapat melindungi
pasien dari tindakan yang salah yang dilakukan oleh perawat.
D.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Pelayanan Keperawatan Prima
Menurut Nursalam (2002) keberhasilan
pelaksanaan kegiatan menjamin kualitas pelayanan keperawatan dipengaruhi oleh
berbagai factor yakni :
1. Faktor pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu,
dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia. Dimana pengetahuan
manusia umumnya diperoleh diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmojo,
2003). Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket terhadap responden
tentang isi materi yang diukur. Dalam pengetahuan yang ingin diukur disesuaikan
dengan tingkatan pengetahuan dalam kognitif (Notoadmojo, 2003). Pengetahuan
tenaga perawat kepada kegiatan penjaminan mutu pelayanan keperawatan merupakan
kegiatan penilai, memantau atau mengatur pelayanan yang berorientasi pada klien
(Nurachmah, 2001).
Adapun tujuan dari penilaian mutu
pelayanan keperawatan adalah untuk meningkatkan asuhan keperawatan kepada
pasien atau konsumen, menghasilkan keuntungan atau pendapat institusi,
mempertahankan eksistensi institusi, meningkatkan kepuasan kerja sumber daya
yang ada, meningkatkan kepercayaan konsumen atau pelanggan serta menjalankan
kegiatan sesuai aturan atau standar yang berlaku. Pelayanan asuhan keperawatan
yang bermutu dan dapat dicapai jika pelaksanaan asuhan keperawatan dipersiapkan
sebagai suatu kehormatan yang dimiliki perawat dalam mempertahankan haknya
untuk memberikan asuhan yang manusiawi, aman, serta sesuai dengan standar dan
etik profesi perawat yang berkesinambungan dan terdiri dari kegiatan
pengkajian, perencanaan, implementasi rencana, dan evaluasi tindakan yang
diberikan (Nuracmah,2001). Pengetahuan perawat tentang penilaian mutu pelayanan
keperawatan tidak terrlepas dari standar praktik keperawatan yang telah
ditetapkan oleh PPNI (2000) yang mengacu dalam tahapan proses keperawatan yakni
: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
2. Faktor beban kerja
Bekera adalah suatu bentuk aktifitas
yang bertujuan untuk mendapatkan kepuasan. Dan aktifitas ini melibatkan baik
fisik maupun mental (As’ad, 2001). Beban kerja merupakan suatu kondisi atau
keadaan yang memberatkan pada pencapaian aktifitas untuk melakukan suatu
aktifitas. Beban kerja perawat yang tinggi serta beragam dengan tuntutan
institusi kerja dalam pencapaian kualitas bermutu, jumlah tenaga yang tidak
memadai berpengaruh besar pada pencapaian mutu pelayanan yang diharapkan
(Kusdijanto, 2000). Untuk itu perlu adanya pengorganisasian kerja perawat yang
tepat dan jelas (Swansburg, 2000).
Tujuan utama menyusun rencana pembagian
tugas adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi staf dalam
melaksanakan tugasnya. Pembagian tugas terdiri dari tiga aspek yaitu :
pengembangan tugas, keterlibatan dalam tugas, dan rotasi tugas (Nursalam,
2000). Dalam upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan adalah dengan
cara menjaga kesinambungan antara beban kera perawat dan jumlah tenaga perawat
yang tersedia.
3. Faktor komunikasi
Komunikasi adalah sesuatu untuk dapat
menyusun dan menghantarkan suatu pesan dengan cara yang gampang sehingga orang
lain dapat mengerti dan menerima (Nursalam, 2000). Komunikasi dalam praktik
keperawatan professional merupakan unsur utama bagi perawat dalam melaksanakan
pelayanan keperawatan untuk mencapai hasil yang optimal. Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi penerapan komunikasi terapeutik antara lain :
a.
Pendidikan
Merupakan
penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya yang dapat digunakan
untuk mendapatkan informasi sehingga dapat digunakan untuk mendapatkan
informasi untuk meningkatkan kualitas hidup (Notoadmojo, 2003). Makin tinggi
pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi dan makin baik pengetahuan
yang dimiliki sehingga menggunakan komunikasi terapeutik secara efektif akan
dapat dilakukannya.
b.
Lama bekerja
Merupakan waktu
dimana seseorang mulai bekerja ditempat kerja. Makin lama seseorang bekera
makin banyak pengalaman yang dimilikinya sehingga akan makin baik cara
berkomunikasinya (Alimul, 2003)
c.
Pengetahuan
Merupakan
proses belajar dengan meggunakan panca indra yang dilakukan seseorang terhadap
objek tertentu untuk dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan
(Notoadmojo, 2003). Menurut Bloom dan Kartwalk (1998) membagi pengetahuan dalam
enam tingkatan diantaranya tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi.
d.
Sikap
Sikap dalam
komunikasi akan mempengaruhi proses komunikasi berjalan efektif atau tidak.
Sikap kurang baik akan menyebabkan pendengar kurang percaya terhadap
komunikator. Sikap yang diharapkan dalam komunikasi tersebut seperti terbuka,
percaya, empati, menghargai, rendah diri dan menjadi pendengar yang baik.
Kesemuanya dapat mendukung komunikasi yang terapeutik.
e.
Kondisi
psikologi
Pada
komunikator akan mudah mempengaruhi dari isi pembicaraan melalui komunikasi
terapeutik. Namun perlu memperhatikan kondisi psikologis yang baik untuk
menjadikan komunikasi sebagai terapeutik. Kondisi psikologis seorang pendengar
dapat dipengaruhi oleh rangsangan emosi yang disebabkan oleh pembicaraan itu
sendiri. Indikator dalam melaksanakan komunikasi terapeutik (Nursalam, 2003)
mendorong pasien untuk mengungkapkan pandangan dan perasaannya, menggunakan
bahasa yang mudah dimengerti dalam setiap komunikasi serta memanggil pasien
sesuai dengan identitasnya.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pelayanan keperawatan prima adalah
pelayanan keperawatan profesional yang memiliki mutu, kualitas, dbersifat
efektif, efisien sehingga memberikan kepuasan pada kebutuhan dan keinginan
lebih dari yang diharapkan pelanggan atau pasien. Pelayanan prima, sebagaimana
tuntutan pelayanan yang memuaskan pelanggan atau masyarakat, maka diperlukan
persyaratan agar dapat dirasakan oleh setiap pelayan untuk memiliki kualitas
kompetensi yang profesional, dengan demikian kualitas kompetensi
profesionalisme menjadi sesuatu aspek penting dan wajar dalam setiap transaksi.
B.
SARAN
Perawat membantu pasien untuk mencapai
tingkat kesehatan optimum, perawat membantu meningkatkan autonomi pasien
mengekspresikan kebutuhannya, perawat mendukung martabat kemanusiaan dan
berprilaku sebagai advokat bagi pasien, perawat menjaga kerahasiaan pasien,
beriorentasi pada akuntabilitas perawat, dan perawat bekera dalam lingkungan yang
kompeten, etik, dan aman (CAN,2001).
Prinsip
pelayanan prima dibidang kesehatan:
1.
Mengutamakan
pelanggan
2.
Sistem yang
efektif
3.
melayani dengan
hati nurani
4.
perbaikan
berkelanjutan pemberdayaan pelanggan
Mutu
Pelayanan Prima
a) Konsep Mendahulukan Kepentingan Pelanggan.
Pelayanan Prima adalah pelayanan yang memuaskan pelanggan/klien. Salah satu indikator adanya kepuasan pelanggan/klien adalah tidak adanya keluhan dari pelanggan/klien. Akan tetapi, didalam praktek k.eluhan-keluhan pelanggan/klien ini akan selalu ada. Perawat pemberi pelayanan wajib menanggapi dan menghadapi keluhan pelanggan/klien tersebut untuk kepentingan dan kepuasan pelanggan/klien. Untuk itu, pemberi pelayanan (perawat) perlu mengetahui sumber-sumber keluhan pelanggan/klien dan mengetahui cara-cara mengatasi keluhan pelanggan/klien.
Menurut Endar Sugiarto (1999), sumber-sumber keluhan pelanggan antara lain adalah : pelanggan internal dan pelanggan eksternal. Pelanggan internal adalah pegawai instansi/orgnaisasi yang bersangkutan dan para pemimpin instansl/organiasasi yang bersangkutan. Seorang pegawai suatu instansi/organisasi yang tidak betah bekerja karena lingkungan kerja dan situasi pegawai yang ada di dalamnya. Suasana nyaman dan harmonis akan mempengaruhi kesiapannya dalam menghadapi pelanggan eksternal. Para pemimpin instansi/organisasi dapat menjadi sumber keluhan, karena pemimpin sering mendapat masukan dari pada pelanggan eksternal tentang pelayanan di instansinya. Perhatian utama suatu instansi/organisasi adalah pelanggan eksternal, yaitu masyarakat. Kunci utama keberhasilan pelayanan terletak pada cara instansi/organisasi tersebut memperlakukan pelanggan eksternal ini. Untuk pelayanan keperawatan maka semua karyawan adalah mitra dalam memberikan pelayanan sehingga muncul rasa nyaman dan harmonis. Hal tersebut sangat mendukung untuk pelayanan yang prima terhadap pelanggan/klien ekstenal yaitu orang lain (masyarakat) di luar institusi/organisasi
1) Kategori Keluhan Pelanggan:
Menurut Endar Sugiarto (1999), keluhan pelanggan dapat dikategorikan/dikelompokkan menjadi empat, yaitu:
• Mechanical Complaint (Keluhan Mekanikal)
Mechanical clomplaint adalah suatu keluhan yang disampaikan oleh pelanggan sehubungan dengan tidak berfungsinya peralatan yang dibeli/disampaikan kepada pelanggan tersebut. Dalam hal pelayanan keperawatan maka peralatan yang dimaksud adalah semua peralatan yang berhubungan dengan pelayanan perawatan saat perawat memberikan pelayanan.
• Attitudinal Comptant (Keluhan akibat sikap petugas pelayanan)
Attitudinal complaint adalah keluhan pelanggan yang timbul karena sikap negative petugas pelayanan (perawat) pada saat melayani pelanggan/klien. Hal ini dapat dirasakan oleh pelanggan/klien melalui sikap tidak peduli dari petugas pelayanan (perawat) terhadap pelanggan/klien.
• Service Related Complaint (Keluhan yang berhubungan dengan pelayanan)
Service related complaint adalah suatu keluhan pelanggan/klien karena hal-hal yang berhubungan dengan pelayanan itu sendiri. Misalnya seseorang mendaftar untuk berobat/rawat jalan, ternyata formulir pendaftaran (family folder) belum siap dan oleh petugas diminta untuk menunggu.
• Unusual Complaint (Keluhan yang aneh)
Unusual complaint adalah keluhan pelanggan/klien yang bagi petugas merupakan keanehan (tjdak wajar/tidak umum). pelanggan yang mengeluh seperti ini sebenarnya secara psikologis adalah orang-orang yang hidupnya tidak bahagia atau kesepian.
2) Cara mengatasi keluhan pelanggan
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menghadapi keluhan pelanggan/klien,antara lain adalah:
o Pelanggan biasanya marah pada saat menyampaikan ke luhan. Oleh karena itu perawat tidak boleh terpancing untuk ikut marah.
o Perawat tidak boleh memberikan janji-janji yang sebenarnya sulit dipenuhi serta tidak menjanjikan sesuatu yang berada di luar wewenangnya
o Jika permasalahan tidak dapat diselesaikan sedangkan perawat sudah berbuat maksimal, perawat harus berani menyatakan menyerah dengan jujur.
o Ada pelanggan/klien yang selalu mengeluh. Untuk menghadapi pelanggan seperti itu, perawat harus sabar dan melakukan pendekatan secara khusus.
b) Pelayanan dengan sepenuh hati.
Menurut Endar Sugiarto (1999), pada hakekatnya pelanggan itu tidak membeli produk, tetapi mereka membeli pelayanan. Ini merupakan falsafah bisnis dalam upaya memberikan pelayanan yang prima. Pelayanan di sini adalah pelayanan dalam segala bentuk kreasi dan manifestasinya. Untuk itu, kita lebih banyak belajar tentang para pelanggan/klien kita, agar kita dapat memberikan pelayanan dengan sepenuh hati dan dengan cara yang lebih baik di masa yang akan datang.
c) Budaya Pelayanan Prima
Menganggap bahwa pelayanan prima sebagai suatu budaya berarti rnelakukan kegiatan pelayanan sebagai suatu hal yang membanggakan dengan nilai luhur yang dijunjung tinggi. Budaya pelayanan prima adalah sebuah budaya yang kuat yang mewarnai sifat hubungan antara perawat pemberi pelayanan. Budaya pelayanan prima dibentuk oleh sikap perawat dan manajemen instansi/organisasi pemberi pelayanan.
d) Sikap Pelayanan Prima.
Sikap pelayanan prima berarti pengabdian yang tulus terhadap bidang kerja dan yang paling utama adalah kebanggaan atas pekerjaan. Sikap anda dapat menggambarkan instansi/organisasi anda. Anda adalah perwakilan instansi/organisasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Pelanggan akan menilai instansi/organisasi dari kesan pertama mereka dalam berinteraksi dengan orang-orang yang terlibat dalam instansi/organrsasi tersebut. Apabila pagi itu kebetulan andalah orang pertama yang berhubungan dengan pelanggan, anda akan mewakili gambaran dari instansi/organisasi anda.
e) Sentuhan Pribadi Pelayanan Prima
Pelayanan prima sangat memperhatikan individu sebagai pribadi yang unik dan menarik setiap pelanggan/klien memiliki sifat dan dapat membuat para perawat bahagia atau kecewa. Sentuhan pribadi mengarahkan para perawat selaku pemberi pelayanan untuk berpikir bahwa memperlakukan orang lain sebagaimana kita memperlakukan diri kita sendiri perlu selalu dipraktekan. Yang diutamakan dalam pelayanan prima bukanlah slogan-slogan untuk memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan, melainkan bentuk nyata pelayanan yang sebelumnya sudah diberikan dalam pelatihan-pelatihan dan dapat diterapkan pada saat praktek di lapangan, ketika berhubungan langsung dengan pelanggan/klien. Karena pelayanan prima merupakan budaya, identitas, sarana kompetisi, pelanggan/klien merasa penting, rekan sekerja merasa nyaman bersama kita dan kita dapat melayani pelanggan/klien dengan cepat, tepat, ramah, mengutamakan kepuasan pelanggan/klien, menepati janji, bahasa yang baik dalam bertelepon, menunjukkan etika dan sopan santun, merasa puas dan bangga akan pekerjaan kita, bekerja dengan antusias, kepercayaan diri yang tinggi, menawarkan bantuan, senyum yang tulus, humor yang menyenangkan, mendengarkan dengan baik dan dengan konsep win-win.
f) Pelayanan prima sesuai dengan pribadi Prima.
Konsep pribadi prima meliputi unsur-unsur kepribadian, penampilan, perilaku dan komunikasi yang prima. Seseorang perawat dapat dikatakan memiliki pribadi prima apabila :
• Tampil ramah
• Tampil sopan dan penuh hormat
• Tampil yakin
• Tampil rapi.
• Tampil ceria
• Senang memaafkan
• Senang bergaul
• Senang belajar dari orang lain
• Senang pada kewajaran
• Senang menyenangkan orang lain
Adapun konsep kualitas pelayanan menurut pandangan Cristopher Lovelock dalam Product plus (1994: 178-188) yang mengemukakan tentang bagaimana suatu produk bila ditambah dengan pelayanan akan menghasilkan suatu kekuatan yang memberikan manfaat lebih. Selanjutnya Lovelock mengemukakan melalui diagram bunganya dimana terdapat 8 (delapan) suplemen pelayanan (the eight petals on the flower of service) yang terdiri dari ;
1, Information
Proses suatu pelayanan yang berkualitas dimulai dari suplemen informasi dari pelayanan yang diperlukan oleh klien. Seorang pelanggan/klien akan menanyakan kepada perawat tentang apa, bagaimana, berapa, kepada siapa, dimana diperoleh, dan berapa lama memperoleh pelayanan yang diinginkan. Penyedia informasi memberikan kemudahan kepada pelanggan/klen.
2. Consutation
Setelah memperoleh informasi yang diinginkan, biasanya klien akan membuat suatu keputusan, yaitu menerima atau tidak menerima pelayanan yang diberikan. Di dalam proses memutuskan ini serjngkali diperlukan pihak-pihak yang dapat diajak untuk berkonsultasi.
3. Ondertaking
Keyakinan yang diperoleh klien melalui konsultasi akan menggiring pada tindakan untuk meminta pelayanan yang diinginkan. Penilaian klien pada titik ini adalah ditekankan pada kualitas pelayanan yang mengacu pada kemudahan aplikasi maupun administrasi pemesanan jasa pelayanan yang tidak berbelit-belit, fleksibel, biaya murah, syarat ringan, dan sebagainya.
4. Horspitality
Pelanggan/klien yang berurusan secara langsung ke tempat-tempat transaksi akan memberikan penilaian tehadap sikap ramah dan sopan dari perawat, ruang tunggu yang nyaman, kafe untuk makan dan minum, hingga tersedianya wc/toilet yang bersih.
5. Cretaking
Latar belakang pelanggan/klien yang beragam akan menuntut pelayanan yang berbeda-beda pula. Misalnya yang berduil menginginkan tempat/ruangan yang leluasa (misalnya VIV), yang tidak mau keluar rumah menginginkan fasilitas pelayanan di rumah (home care). Kesemuanya harus dipedulikan oleh perawat.
6. Exception
Beberapa pelanggan/klien kadang-kadang menginginkan pengecualian kualitas pelayanan, misalnya saja bagaimana dan dengan cara apa perawat melayani permintaan pelanggan/klien yang datang secara tiba-tiba, jaminan terhadap berfungsinya alat-alat kesehatan yang dipasang/terpasang, restitusi akibat peralatan yang digunakan tidak bisa dipakai dan sebagainya.
7. Billing
Titik rawan ke tujuh pada administrasi pembayaran. Niat baik pelanggan untuk bertransaksi sering gagal pada titik ini. Petugas harus memperhatikan hal-hal yang terkait dengan administrasi pembayaran, baik mekanisme pembayaran atau pengisian formulir transaksi.
8. Payment
Pada ujung pelayanan, harus disediakan fasilitas pembayaran berdasarkan pada keinginan pelanggan. Dapat saja berupa self service payment seperti koin telepon, transfer bank, credit card dan sebagainya.
Sumber :
Sutopo, Drs,MPA, Suryanto, Adi, Drs,M.Si, 2003, Pelayanan Prima Bahan Ajar Diklat Prajabatan Golongan III (Edisi Revisi I), Jakrata : Lembaga Administrasi Negara RI
a) Konsep Mendahulukan Kepentingan Pelanggan.
Pelayanan Prima adalah pelayanan yang memuaskan pelanggan/klien. Salah satu indikator adanya kepuasan pelanggan/klien adalah tidak adanya keluhan dari pelanggan/klien. Akan tetapi, didalam praktek k.eluhan-keluhan pelanggan/klien ini akan selalu ada. Perawat pemberi pelayanan wajib menanggapi dan menghadapi keluhan pelanggan/klien tersebut untuk kepentingan dan kepuasan pelanggan/klien. Untuk itu, pemberi pelayanan (perawat) perlu mengetahui sumber-sumber keluhan pelanggan/klien dan mengetahui cara-cara mengatasi keluhan pelanggan/klien.
Menurut Endar Sugiarto (1999), sumber-sumber keluhan pelanggan antara lain adalah : pelanggan internal dan pelanggan eksternal. Pelanggan internal adalah pegawai instansi/orgnaisasi yang bersangkutan dan para pemimpin instansl/organiasasi yang bersangkutan. Seorang pegawai suatu instansi/organisasi yang tidak betah bekerja karena lingkungan kerja dan situasi pegawai yang ada di dalamnya. Suasana nyaman dan harmonis akan mempengaruhi kesiapannya dalam menghadapi pelanggan eksternal. Para pemimpin instansi/organisasi dapat menjadi sumber keluhan, karena pemimpin sering mendapat masukan dari pada pelanggan eksternal tentang pelayanan di instansinya. Perhatian utama suatu instansi/organisasi adalah pelanggan eksternal, yaitu masyarakat. Kunci utama keberhasilan pelayanan terletak pada cara instansi/organisasi tersebut memperlakukan pelanggan eksternal ini. Untuk pelayanan keperawatan maka semua karyawan adalah mitra dalam memberikan pelayanan sehingga muncul rasa nyaman dan harmonis. Hal tersebut sangat mendukung untuk pelayanan yang prima terhadap pelanggan/klien ekstenal yaitu orang lain (masyarakat) di luar institusi/organisasi
1) Kategori Keluhan Pelanggan:
Menurut Endar Sugiarto (1999), keluhan pelanggan dapat dikategorikan/dikelompokkan menjadi empat, yaitu:
• Mechanical Complaint (Keluhan Mekanikal)
Mechanical clomplaint adalah suatu keluhan yang disampaikan oleh pelanggan sehubungan dengan tidak berfungsinya peralatan yang dibeli/disampaikan kepada pelanggan tersebut. Dalam hal pelayanan keperawatan maka peralatan yang dimaksud adalah semua peralatan yang berhubungan dengan pelayanan perawatan saat perawat memberikan pelayanan.
• Attitudinal Comptant (Keluhan akibat sikap petugas pelayanan)
Attitudinal complaint adalah keluhan pelanggan yang timbul karena sikap negative petugas pelayanan (perawat) pada saat melayani pelanggan/klien. Hal ini dapat dirasakan oleh pelanggan/klien melalui sikap tidak peduli dari petugas pelayanan (perawat) terhadap pelanggan/klien.
• Service Related Complaint (Keluhan yang berhubungan dengan pelayanan)
Service related complaint adalah suatu keluhan pelanggan/klien karena hal-hal yang berhubungan dengan pelayanan itu sendiri. Misalnya seseorang mendaftar untuk berobat/rawat jalan, ternyata formulir pendaftaran (family folder) belum siap dan oleh petugas diminta untuk menunggu.
• Unusual Complaint (Keluhan yang aneh)
Unusual complaint adalah keluhan pelanggan/klien yang bagi petugas merupakan keanehan (tjdak wajar/tidak umum). pelanggan yang mengeluh seperti ini sebenarnya secara psikologis adalah orang-orang yang hidupnya tidak bahagia atau kesepian.
2) Cara mengatasi keluhan pelanggan
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menghadapi keluhan pelanggan/klien,antara lain adalah:
o Pelanggan biasanya marah pada saat menyampaikan ke luhan. Oleh karena itu perawat tidak boleh terpancing untuk ikut marah.
o Perawat tidak boleh memberikan janji-janji yang sebenarnya sulit dipenuhi serta tidak menjanjikan sesuatu yang berada di luar wewenangnya
o Jika permasalahan tidak dapat diselesaikan sedangkan perawat sudah berbuat maksimal, perawat harus berani menyatakan menyerah dengan jujur.
o Ada pelanggan/klien yang selalu mengeluh. Untuk menghadapi pelanggan seperti itu, perawat harus sabar dan melakukan pendekatan secara khusus.
b) Pelayanan dengan sepenuh hati.
Menurut Endar Sugiarto (1999), pada hakekatnya pelanggan itu tidak membeli produk, tetapi mereka membeli pelayanan. Ini merupakan falsafah bisnis dalam upaya memberikan pelayanan yang prima. Pelayanan di sini adalah pelayanan dalam segala bentuk kreasi dan manifestasinya. Untuk itu, kita lebih banyak belajar tentang para pelanggan/klien kita, agar kita dapat memberikan pelayanan dengan sepenuh hati dan dengan cara yang lebih baik di masa yang akan datang.
c) Budaya Pelayanan Prima
Menganggap bahwa pelayanan prima sebagai suatu budaya berarti rnelakukan kegiatan pelayanan sebagai suatu hal yang membanggakan dengan nilai luhur yang dijunjung tinggi. Budaya pelayanan prima adalah sebuah budaya yang kuat yang mewarnai sifat hubungan antara perawat pemberi pelayanan. Budaya pelayanan prima dibentuk oleh sikap perawat dan manajemen instansi/organisasi pemberi pelayanan.
d) Sikap Pelayanan Prima.
Sikap pelayanan prima berarti pengabdian yang tulus terhadap bidang kerja dan yang paling utama adalah kebanggaan atas pekerjaan. Sikap anda dapat menggambarkan instansi/organisasi anda. Anda adalah perwakilan instansi/organisasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Pelanggan akan menilai instansi/organisasi dari kesan pertama mereka dalam berinteraksi dengan orang-orang yang terlibat dalam instansi/organrsasi tersebut. Apabila pagi itu kebetulan andalah orang pertama yang berhubungan dengan pelanggan, anda akan mewakili gambaran dari instansi/organisasi anda.
e) Sentuhan Pribadi Pelayanan Prima
Pelayanan prima sangat memperhatikan individu sebagai pribadi yang unik dan menarik setiap pelanggan/klien memiliki sifat dan dapat membuat para perawat bahagia atau kecewa. Sentuhan pribadi mengarahkan para perawat selaku pemberi pelayanan untuk berpikir bahwa memperlakukan orang lain sebagaimana kita memperlakukan diri kita sendiri perlu selalu dipraktekan. Yang diutamakan dalam pelayanan prima bukanlah slogan-slogan untuk memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan, melainkan bentuk nyata pelayanan yang sebelumnya sudah diberikan dalam pelatihan-pelatihan dan dapat diterapkan pada saat praktek di lapangan, ketika berhubungan langsung dengan pelanggan/klien. Karena pelayanan prima merupakan budaya, identitas, sarana kompetisi, pelanggan/klien merasa penting, rekan sekerja merasa nyaman bersama kita dan kita dapat melayani pelanggan/klien dengan cepat, tepat, ramah, mengutamakan kepuasan pelanggan/klien, menepati janji, bahasa yang baik dalam bertelepon, menunjukkan etika dan sopan santun, merasa puas dan bangga akan pekerjaan kita, bekerja dengan antusias, kepercayaan diri yang tinggi, menawarkan bantuan, senyum yang tulus, humor yang menyenangkan, mendengarkan dengan baik dan dengan konsep win-win.
f) Pelayanan prima sesuai dengan pribadi Prima.
Konsep pribadi prima meliputi unsur-unsur kepribadian, penampilan, perilaku dan komunikasi yang prima. Seseorang perawat dapat dikatakan memiliki pribadi prima apabila :
• Tampil ramah
• Tampil sopan dan penuh hormat
• Tampil yakin
• Tampil rapi.
• Tampil ceria
• Senang memaafkan
• Senang bergaul
• Senang belajar dari orang lain
• Senang pada kewajaran
• Senang menyenangkan orang lain
Adapun konsep kualitas pelayanan menurut pandangan Cristopher Lovelock dalam Product plus (1994: 178-188) yang mengemukakan tentang bagaimana suatu produk bila ditambah dengan pelayanan akan menghasilkan suatu kekuatan yang memberikan manfaat lebih. Selanjutnya Lovelock mengemukakan melalui diagram bunganya dimana terdapat 8 (delapan) suplemen pelayanan (the eight petals on the flower of service) yang terdiri dari ;
1, Information
Proses suatu pelayanan yang berkualitas dimulai dari suplemen informasi dari pelayanan yang diperlukan oleh klien. Seorang pelanggan/klien akan menanyakan kepada perawat tentang apa, bagaimana, berapa, kepada siapa, dimana diperoleh, dan berapa lama memperoleh pelayanan yang diinginkan. Penyedia informasi memberikan kemudahan kepada pelanggan/klen.
2. Consutation
Setelah memperoleh informasi yang diinginkan, biasanya klien akan membuat suatu keputusan, yaitu menerima atau tidak menerima pelayanan yang diberikan. Di dalam proses memutuskan ini serjngkali diperlukan pihak-pihak yang dapat diajak untuk berkonsultasi.
3. Ondertaking
Keyakinan yang diperoleh klien melalui konsultasi akan menggiring pada tindakan untuk meminta pelayanan yang diinginkan. Penilaian klien pada titik ini adalah ditekankan pada kualitas pelayanan yang mengacu pada kemudahan aplikasi maupun administrasi pemesanan jasa pelayanan yang tidak berbelit-belit, fleksibel, biaya murah, syarat ringan, dan sebagainya.
4. Horspitality
Pelanggan/klien yang berurusan secara langsung ke tempat-tempat transaksi akan memberikan penilaian tehadap sikap ramah dan sopan dari perawat, ruang tunggu yang nyaman, kafe untuk makan dan minum, hingga tersedianya wc/toilet yang bersih.
5. Cretaking
Latar belakang pelanggan/klien yang beragam akan menuntut pelayanan yang berbeda-beda pula. Misalnya yang berduil menginginkan tempat/ruangan yang leluasa (misalnya VIV), yang tidak mau keluar rumah menginginkan fasilitas pelayanan di rumah (home care). Kesemuanya harus dipedulikan oleh perawat.
6. Exception
Beberapa pelanggan/klien kadang-kadang menginginkan pengecualian kualitas pelayanan, misalnya saja bagaimana dan dengan cara apa perawat melayani permintaan pelanggan/klien yang datang secara tiba-tiba, jaminan terhadap berfungsinya alat-alat kesehatan yang dipasang/terpasang, restitusi akibat peralatan yang digunakan tidak bisa dipakai dan sebagainya.
7. Billing
Titik rawan ke tujuh pada administrasi pembayaran. Niat baik pelanggan untuk bertransaksi sering gagal pada titik ini. Petugas harus memperhatikan hal-hal yang terkait dengan administrasi pembayaran, baik mekanisme pembayaran atau pengisian formulir transaksi.
8. Payment
Pada ujung pelayanan, harus disediakan fasilitas pembayaran berdasarkan pada keinginan pelanggan. Dapat saja berupa self service payment seperti koin telepon, transfer bank, credit card dan sebagainya.
Sumber :
Sutopo, Drs,MPA, Suryanto, Adi, Drs,M.Si, 2003, Pelayanan Prima Bahan Ajar Diklat Prajabatan Golongan III (Edisi Revisi I), Jakrata : Lembaga Administrasi Negara RI
O’A
YANG MENEMBUS BATAS LANGIT
By : Hermawan Wahyudi
Saudaraku para perawat….
Ada tiga golongan pasien yang bisa jadi sering kita temui dan layani dalam kapasitas kita sebagai seorang perawat, satu golongan pasien berpengaruh (orang kaya, tokoh masyarakat, pejabat maupun ulama), dua golongan pasien muda bujangan yang rupawan (cantik atau tampan dan tentu anda sukai), tiga golongan pasien berkekurangan (fakir, miskin, tua dan renta).
Marilah kita amati dengan sederhana feedback pelayanan keperawatan yang kita berikan kepada tiga golongan pasien kita ini…..
Kuncinya berikanlah pelayanan prima keperawatan dengan sentuhan ketulusan dan keikhlasan kita sebagai seorang perawat. Perlakukanlah mereka dengan perlakuan yang sama tanpa terkecuali, ambil masing-masing tiga sampai lima sampel. Dan buktikan adakah sesuatu yang berharga untuk kita renungkan sebagai seorang perawat.
Cobalah, lakukan ini sebagai Sesutu yang standar dalam pelayanan kita,
By : Hermawan Wahyudi
Saudaraku para perawat….
Ada tiga golongan pasien yang bisa jadi sering kita temui dan layani dalam kapasitas kita sebagai seorang perawat, satu golongan pasien berpengaruh (orang kaya, tokoh masyarakat, pejabat maupun ulama), dua golongan pasien muda bujangan yang rupawan (cantik atau tampan dan tentu anda sukai), tiga golongan pasien berkekurangan (fakir, miskin, tua dan renta).
Marilah kita amati dengan sederhana feedback pelayanan keperawatan yang kita berikan kepada tiga golongan pasien kita ini…..
Kuncinya berikanlah pelayanan prima keperawatan dengan sentuhan ketulusan dan keikhlasan kita sebagai seorang perawat. Perlakukanlah mereka dengan perlakuan yang sama tanpa terkecuali, ambil masing-masing tiga sampai lima sampel. Dan buktikan adakah sesuatu yang berharga untuk kita renungkan sebagai seorang perawat.
Cobalah, lakukan ini sebagai Sesutu yang standar dalam pelayanan kita,
- Saat memulai dinas, temuilah mereka dengan senyuman terbaik anda, berikanlah sikap emphatic yang memberikan kesejukan pada setiap awal pertemuan anda, Berikanlah salam, periksalah kondisinya dengan baik, tanyakanlah yang menjadi keluhannya, dan rencanakanlah sesuatu yang akan meringankan keluhannya paling tidak untuk memberikan ketenangan dalam menghadapi ujian yang dideritanya.
- Jika badannya lusuh dan tak berdaya, mandikanlah dia di atas pembaringannya dengan tangan keikhlasan anda, jika rambutnya lengket karena basah oleh keringat dan berbaring lama dalam sakitnya, keramasi dan pijatlah kepalanya dengan pijatan keihkhlasan yang menenangkan hatinya, Sisirlah rambutnya dengan hati-hati agar dia tidak sakit karenanya. Jika dia tidak mau makan, tanyalah makanan apa yang diinginkannya, dan yakinkan agar dia memakannya di hadapan anda bila perlu suapilah dengan penuh kasih sayang. Jika dia mampu mandi sendiri sediakanlah air hangat dan alat mandi untuknya, dan papahlah dia menuju kamar mandi jika tubuhnya lemah. Ketahuilah segala ketidakmampuannya, dan bantulah sebisa mungkin secara langsung dengan ketulusan kita sebagai seorang perawat. Berikanlah motivasi agar semangatnya untuk sembuh terus meningkat, ingatkanlah selalu betapa tak ada penyakit yang tak dapat disembuhkan oleh-Nya dan ketika dia sakit Allah-lah yang menyembuhkannya. Luncurkanlah motivasi yang anda berikan tanpa harus menjanjikan sesuatu yang belum pasti atau mengguruinya seolah kita mahluk yang serba tahu.
- Untuk memperkuat ketulusan kita dalam melaksanakan point dua, bayangkan sejenak jika anda menjadi dia, apakah yang mungkin anda inginkan dan cemaskan, bisa saja dia mencemaskan keluarganya, biaya perawatannya, masa depannya, konsep dirinya, citra dirinya dan semuanya yang membuatnya gundah gulana dalam pembaringannya. Berikanlah solusi yang menenangkan dengan kecakapan kita sebagai seorang perawat professional.
- Kurangi waktu anda diam di nurse stasion, insya Alloh tanpa anda kurangi dengan sengaja pun waktu anda diam di nurse stasion akan berkurang karena anda akan lebih lama bersama pasien anda.
- Ketika anda pulang, temuilah dia, sampaikanlah bahwa jam dinas anda telah berakhir dan anda harus berpisah sementara waktu dengannya dan akan bertemu dengan izin-Nya saat anda dinas kembali dalam kondisi pasien yang lebih baik. Sampaikan do’a kepada-Nya langsung di hadapannya dengan suara yang lembut dan penuh ketulusan, agar dia lekas sembuh seperti sedia kala, dan agar ketika bertemu dengan anda kembali pasien tersebut bisa lebih baik dan bisa segera pulang kepada keluarganya.
Dan selamat mengerjakan 5 langkah diatas dengan kemampuan terbaik anda…..
Jika semua telah dilaksakan dengan baik…..tolong bantu saya apakah anda menemukan kondisi atau feedback seperti ini……
1. Gongan pasien berpengaruh.
a. Pasien ini sering menanyakan anda, dan meminta kepada teman anda kapan anda dinas.
b. Pasien ini bisa memberikan uang kepada anda.
c. Pasien ini meminta anda menjadi perawat pribadinya
d. Pasien ini meminta anda datang ke rumahnya
e. Pasien ini meminta anda menjadi anak atau keluarganya
f. Pasien ini menawarkan pekerjaan lain untuk anda
g. Pasien ini meminta anda menjadi perawat keluarganya
h. Dan dengan ketokohannya pasien ini bisa memberikan sesuatu yang dia inginkan untuk membalas keikhlasan anda dengan keikhlasannya pula….
2. Golongan pasien bujangan yang rupawan
a. Pasien ini bisa menyatakan kekagumannya pada anda
b. Pasien ini bisa menyatakan cintanya yang tulus kepada anda
c. Pasien ini bisa menjadi jodoh anda jika anda mau menerimanya
d. Pasien ini bisa menjadi sahabat terbaik anda.
e. Pasien ini bisa menjadi saudara anda….
f. Pasien ini bisa memberikan pilihan-pilihan baik yang membuat anda bingung untuk memilihnya
3. Golongan pasien berkekurangan
Pasien ini tak memberikan apappun kepada anda, dalam bentuk harta ataupun kehormatan semu, tapi sejenak lihatlah matanya……ada sesuatu yang berbeda yang dapat anda rasakan karena mata adalah jendela dari jiwanya….
Inilah jeritan hatinya……
Ya Alloh……siapakah pula perawat berhati mulia ini…..andai hamba punya sesuatu untuk hamba berikan, mungkin apapun yang dia inginkan akan hamba penuhi, tapi ya Alloh…..hamba adalah orang yang papa, tua dan renta…..hamba tidak punya apa-apa untuk membalas ketulusan, perhatian dan kasih sayangnya kepada hamba, anak dan saudara hambapun tidak seperti ini dalam memperlakukan hamba, menyuapi hamba disaat hamba tak bisa makan, memijat badan hamba disaat tubuh ini remuk redam, mengeramasi hamba, menyisiri rambut hamba, bahkan menyemangati hamba untuk memaknai hidup ini dengan syukur kepada-Mu….Ya Alloh…..dengarlah do’a hamba ini, inilah jeritan hati hamba untuk-Mu….jika hamba tak punya apa-apa untuknya, maka Engkau adalah dzat yang maha Kaya dan memiliki segalanya, bukakanlah pintu rezeki untuk perawat ini, berikanlah kebahagiaan dalam hidupnya, pertemukanlah dia dengan orang baik yang menjadi jodoh dan pasangan hidupnya. Ya Alloh….dengar dan kabulkanlah do’a hamba ini. Dan kemudian airmatanya jatuh di atas pipinya karena anda……ya anda perawat yang melayaninya dengan bahasa kasih sayang. Inilah Do’a yang mampu menembus batas langit, do’a tulus dari orang yang tengah menderita dan mereka banyak sekali berada di sekitar kita……
Saudaraku……jikalau rezeki dari Alloh tiada terhingga untuk kita gapai…..mengapa kita hanya menunggu sesuatu yang sedikit dari manusia, mintalah kepada-Nya, dari pintu-pintu yang lain, dan katakanlah selamat tinggal untuk mengeluh dan meratapi nasib, berbuat anarkis, atau menyalahkan orang lain karena ketidak berdayaan kita.
Jadilah perawat yang luar biasa, jika selama ini feedbac dari pasien yang kita layani hanya biasa-biasa saja, ketahuilah, semua itu bukanlah karena mereka, tetapi semua hakikatnya karena pelayanan yang kita berikan kepada mereka adalah pelayanan yang juga biasa-biasa saja. Karena hidup adalah cermin.
Semoga menjadi wacana yang baik dan bermanfaat, salam perawat ! Semangat!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar