Selasa, 08 Oktober 2013

perkembangan psikososial (Ericson)



By : intan
Perguruan Tinggi : akper yappi sragen

Perkembangan Psikososial (Erickson)

                                                                                      Oleh : Muhammad Sowwam, S.Kep., Ns


1.      Percaya vs Tidak percaya (0 – 18 bln )
Penanaman rasa percaya adalah hal yang sangat mendasar pada fase ini. Terbentuknya kepercayaan diperoleh dari hubungannya dengan orang lain dan orang yang pertama berhubungan adalah orang tuanya, terutama ibunya. Belaian cinta kasih ibu dalam memberikan perhatian dan memenuhi kebutuhan dasar anak yang konsisten terutama pemberian makan di saat anak lapar dan haus adalah sangat penting untuk mengembangkan rasa percaya ini. Bayi belajar bahwa orang tuanya dapat memberi perhatian dan cinta kasih melalui perlakuannya sehingga dapat menurunkan perasaan tidak nyaman. Oleh karena itu, ibu memerlukan dukungan terutama dari suami untuk membina hubungan yang dekat dengan anak. Sebaliknya, anak akan mengembangkan rasa tidak percaya pada orang lain apabila pemenuhan kebutuhan dasar tersebut tidak terpenuhi.

2.      Otonomi vs Rasa malu dan Ragu (18 bln – 3 th)
Perkembangan otonom berpusat pada kemampuan anak untuk mengontrol tubuh dengan lingkungannya. Anak ingin melakukan hal-hal yang ingin dilakukannya sendiri dengan menggunakan kemampuan yang sudah mereka miliki, seperti berjalan, berjinjit, memanjat, dan memilih mainan atau barang yang diinginkannya. Pada fase ini,  anak akan meniru perilaku orang disekitarnya dan hal ini merupakan proses belajar. Sebaliknya, perasan malu dan ragu akan timbul apabila ana merasa dirinya kerdil atasu saat mereka dipaksa oleh orang tuanya ataqu orang dewasa lainnya untuk memilioh atau berbuat sesuatu yang dikehendaki mereka.

3.      Inisiatif vs Rasa bersalah (3 – 6 th)
Perkembangan inisiatif diperoleh dengan cara mengkaji lingkungan melalui kemampuan indranya. Anak mengembangkan keinginan dengan cara eksplorasi terhadap apa yang ada di sekelilingnya. Hasil akhir yang diperoleh adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu sebagai prestasinmya. Perasaan bersa;lah akan timbu8l pada ana apabila anak tidak mampu berprestasi seyhingga merasa tidak puas atas perkembangan yang tidak tercapai.

4.      Industry vs Inferiority (6 – 12 th)
Anak akan belajar untuk bekerjasama dan bersaing dengan anak lainnya melalui kegiatan yang dilakukan baik dalam kegiatan akademik maupun dalam pergaulan melalui permainan yang dilakukannya bersama. Otonomi mulai berkembang pada anak  di fase ini, terutama awal usia 6 tahun, dengan dukungan keluarga terdekat. Terjadinya perubahan fisik, emosi, dan sosial pada anak berpengaruh terhadap gambaran terhadap tubuhnya  (body image). Interaksi sosial lebih luas dengan teman, umpan balik berupa kritik dan evaluasi dar teman atau lingkungannya, mencerminkan penerimaan dari kelompok akan membantu anak semakin mempunyai konsep diri yang positif. Perasaan sukses dicapai anak dengan dilandasi adanya motivasi internal untuk berakktivitas yang mempunyai tujuan. Kemampuan anak untuk berinteraksi sosial lebih luas dengan teman di lingkungannya dapat memfasilitasi perkembangan perasaan sukses (sense of indrustry) tersebut.
      Perasaan tidak adekuat dan rasa inferior atau rendah diri akan berkembang apabila anak terlalu mendapat tuntutan dari lingkungannya dan anak tidak berhasil memenuhinya. Selain itu, harga diri yang kurang akan menjadi dasar yang kurang untuk penguasaan tugas- tugas di fase remaja  dan dewasa. Pujian atau penguatan (reinforcement) dari orang tua atau orang dewasa lainnya terhadap prestasi yang dicapainya menjadi begitu penting untuk menguatkan perasaan berhasil dalam melakukan sesuatu.  

5.      Identitas vs konfusi peran ( 12 – 20 th)
]  Membina persahabatan dengan sesama jenis kelamin dan membenntuk atau bergabung dalam kelompok.
]  Mengurangi ketergantungan dengan kelurga dan memberanikan diri keluar dari rumah.
]  Mampu berinteraksi dan komunikasi yang baik dengan orang tua
]  Berusaha mengontrol perasaan kuat dan impulsive
]  Berpartisipasi dalam organisasi dan kompetisi.

6.      Intimasi vs Isolasi (20 – 25 th)
]  Merasa mandiri dan lepas dari orang tua
]  Mempunyai konsep diri yang realistik
]  Berinteraksi dengan baik dengan keluarga.
]  Mengkoping stres terhadap perubahan dan perkembangan.
]  Mempunyai hubungan khusus dengan orang lain seperti pasangan pernikahan atau teman dekat.
]  Mempunyai kehidupan sosial yang berarti
]  Mendemonstrasikan tanggung jawab emosional, sosial dan ekonomi untuk kehidupannya sendiri.
]  Mempunyai standar nilai perilaku yang dianut.

7.      The middle-aged Adult (25 – 65 th).
]  Merasa nyaman dan menghormati diri sendiri.
]  Menikmati kebebas dan baru menuju kemandirian
]  Menerima perubahan dalam tugas keluarga (punya anak usia produktif dan orang tua yang makin tua)
]  Mencari dan menemukan hobi baru

8.      The older Adult ( > 65 th)
]  Menemukan filosofi hidup yang berarti


Anak belajar dari kehidupannya, jika anak dibesarkan dengan :
Celaan, dia belajar memaki
Permusuhan, dia belajar berkelahi
Cemoohan, dia belajar rendah diri
Penghinaan, dia belajar menyesali
Pujian, dia belajar menghargai
Dorongan, diabelajar percaya diri
Rasa aman, dia belajar menaruh kepercayaan
Dukungan, diabelajar menyenangi diri
Kasih sayang dan persahabatan, dia belajar menemukan cinta dalam kehidupan
Sebaik-baik perlakuan, dia belajar keadilan



















PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL  (ERIKSON)


Stage
Usia
Tugas perkembangan
Indikator
resolusi positif
Indikator resolusi negatif
Infancy
0 – 18 bln
Percaya vs Tidak Percaya
Kemampuan mempercayai orang lain

Menarik diri dan bermusuhan

Early childhood
18 bln–3 th
Otonomi vs rasa malu/ragu
Mampu mengontrol diri tanpa kehilangan harga diri, mampu bekerjasama dan mengekspresikan diri.
Bingung dan ketegangan
Latechildhood
3 – 6 th
Inisiatif vs Rasa bersalah
Mempunyai kemampuan untuk mengevaluasi tingkah laku

Ingkar, tidak percaya dan ketergantungan
School age
6 – 12 th
Indrustri vs Inferioritas
Realisasi pada kemampuan


Merasa tidak ada satupun yang baik, menarik diridari teman, hilang harapan

Adolescence
12 – 20 th
Identifikasi vs konfusi peran
Bertalian dengan konsep diri, mengaktualisasikan kemampuan diri

Perasaan bingung, kemungkinan tingkah laku antisosial
Young adulthood
20 – 25 th
Intimacy vs Isolasi
Mencintai dan menghargai orang lain, konsekuen dan bersahabat, komitmen kerja
Tidak bersahabat dan berprasangka
Middle adulthood
25 – 65 th
Generatif vs Stagnation
Kreatif dan produktif


Mengagumi diri sendiri, mengundurkan diri, hilang ketertarikan dan komitmen

Older adulthood
> 65 th
Intregitas vs putus asa
Menerima bahwa kehidupan ini unik, menerima akan datangnya kematian

Merasa kehilangan kadang – kadang ditujukan pada orang
Perkembangan Psikososial Erikson
PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ERIKSON

By Ns. Andi yudianto

Menurut Erik Erikson (1963) perkembangan psikososial terbagi menjadi beberapa tahap. Masing-masing tahap psikososial memiliki dua komponen, yaitu komponen yang baik (yang diharapkan) dan yang tidak baik (yang tidak diharapkan). Perkembangan pada fase selanjutnya tergantung pada pemecahan masalah pada tahap masa sebelumnya.
Adapun tahap-tahap perkembangan psikososial anak adalah sebagai berikut:
1. Percaya Vs Tidak percaya ( 0-1 tahun )
Komponen awal yang sangat penting untuk berkembang adalah rasa percaya. Membangun rasa percaya ini mendasari tahun pertama kehidupan. Begitu bayi lahir dan kontakl dengnan dunia luar maka ia mutlak terganting dengan orang lain. Rasa aman dan rasa percaya pada lingkungan merupakan kebutuhan. Alat yang digunakan bayi untuk berhubungan dengan dunia luar adalah mulut dan panca indera, sedangkan perantara yang tepat antara bayi dengan lingkungan dalah ibu. Hubungan ibu dan anak yang harmonis yaitu melalui pemenuhan kebutuhan fisik, psikologis dan sosial, merupakan pengalaman dasar rasa percaya bagi anak. Apabila pada umur ini tidak tercapai rasa percaya dengan lingkungan maka dapat timbul berbagai masalah. Rasa tidak percaya ini timbul bila pengalaman untukmeningkatkan rasa percaya kurang atau kebutuhan dasar tidak terpenuhi secara adekwat, yaitu kurangnya pemenuhan kebutuhan fisik., psikologis dan sosial yang kurang misalnya: anak tidak mendapat minuman atau air susu yang edukat ketika ia lapar, tidak mendapat respon ketika ia menggigit dot botol dan sebagainya.
2. Otonomi Vs Rasa Malu dan Ragu ( 1-3 tahun )
Pada masa ini alat gerak dan rasa telah matang dan ada rasa percaya terhadap ibu dan lingkungan. Perkembangan Otonomi selama periode balita berfokus pada peningkatan kemampuan anak untuk mengontrol tubuhnya, dirinya dan lingkungannya. Anak menyadari ia dapat menggunakan kekuatannya untuk bergerak dan berbuat sesuai dengan kemauannya misalnya: kepuasan untuk berjalan atau memanjat. Selain itu anak menggunakan kemampuan mentalnya untuk menolak dan mengambil keputusan.
Rasa Otonomi diri ini perku dikembangkan karena penting untik terbentuknya rasa percaya diri dan harga diri di kemudian hari. Hubungan dengan orang lain bersifat egosentris atau mementingkan diri sendiri.
Peran lingkungan pada usia ini adalah memberikan support dan memberi keyakinan yang jelas. Perasaan negatif yaitu rasa malu dan ragu timbul apabila anak merasa tidak mampu mengatasi tindakan yang di pilihnya serta kurangnya support dari orangtua dan lingkungannya, misalnya orangtua terlalu mengontrol anak.
3. Inisiatif Vs Rasa Bersalah ( 3-6 tahun )
Pada tahap ini anak belajar mengendalikan diri dan memanipulasi lingkungan. Rasa inisiatif mulai menguasai anak. Anak mulai menuntut untuk melakukan tugas tertentu. Anak mulai diikut sertakan sebagai individu misalnya turut serta merapihkan tempat tidur atau membantu orangtua di dapur. Anak mulai memperluas ruang lingkup pergaulannya misalnya menjadi aktif diluar rumah, kemampuan berbahasa semakin meningkat. Hubungan dengan teman sebaya dan saudara sekandung untuk menang sendiri.
Peran ayah sudah mulai berjalan pada fase ini dan hubungan segitiga antara Ayah-Ibu-Anak sangat penting untuk membina kemantapan idantitas diri.
Orangtua dapat melatih anak untuk menguntegrasikan peran-peran sosial dan tanggungjawab sosial. Pada tahap ini kadang-kadang anak tidak dapat mencapai tujuannya atau kegiatannya karena keterbatasannya, tetapi bila tuntutan lingkungan misalnya dari orangtua atau orang lain terlalu tinggi atau berlebihan maka dapat mengakibatkan anak merasa aktifitasnya atau imajinasinya buruk, akhirnya timbul rasa kecewa dan rasa bersalah.
4. Industri Vs Inferioritas ( 6-12 tahun )
Pada tahap ini anak dapat menghadapi dan menyelesaikan tugas atau perbuatan yang akhirnya dan dapat menghasilkan sesuatu. Anak siap untuk meninggalkan rumah atau orangtua dalam waktu terbatas yaitu untuk sekolah. Melalui proses pendidikan ini anak belajar untuk bersaing (sifat kompetetif), juga sifat kooperatif dengan orang lain, saling memberi dan menerima, setia kawan dan belajar peraturan-peraturan yang berlaku.
Kunci proses sosialisasi pada tahap ini adalah guru dan teman sebaya. Dalam hal ini peranan guru sangat sentral. Identifikasi bukan terjadi pada orangtua atau pada orang lain, misalnya sangat menyukai gurunya dan patuh sekali pada gurunya dibandingkan pada orangtuanya. Apabila anak tidak dapat memenuhi keinginan sesuai standart dan terlalu banyak yang diharapkan dari mereka maka dapat timbul masalah atau gangguan.
5. Identitas Vs Difusi Peran ( 12-18 tahun )
Pada tahap ini terjadi perubahan pada fisik dan jiwa di masa biologis seperti orang dewasa. sehingga nampak adanya kontradiksi bahwa dilain pihak ia dianggap dewasa tetapi disisi lain ia dianggap belum dewasa. Tahap ini merupakan masa standarisasi diri yaitu anak mencari identitas dalam bidang seksual, umur dan kegiatan, Peran orangtua sebagai sumber perlindungan dan sumber nilai utama mulai menurun. Sedangkan peran kelompok atau teman sebaya tinggi. Teman sebaya di pandang sebagai teman senasib, patner dan saingan. Melalui kehidupan berkelompok ini remaja bereksperimen dengan peranan dan dapat menyalurkan diri. Remaja memilih orang-orang dewasa yang penting baginya yang dapat mereka percayai dan tempat mereka berpaling saat kritis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar