Selasa, 08 Oktober 2013

Komunikasi Interpersonal-Prosedur Pemeriksaan Abdomen



Perguruan tinggi : akper yappi sragen
 
Skill lab


A.     Fase Orientasi
1.      Memberi salam => Assalamualaikum ibu/bapak
2.      Memeprkenalkan diri => perkenalkan, saya adalah perawat intan nur
3.      Menjelaskan tujuan tindakan => sekarang, saya akan melakukan pemeriksaan di area abdomen atau perut ibu/bapak. Tujuannya untuk mengetahui apakah ada gangguan ataupun kelainan di sistem pencernaan ibu/bapak.
4.      Menjelaskan langkah Prosedur => prosedurnya nanti, saya akan melakukan pengamatan(inspeksi), kemudian mendengarkan (auskultasi) pergerakan usus dengan stetoskop dan memberi ketukan di beberapa area di perut bapak (perkusi dan palpasi).
5.      Menanyakan kesiapan pasien => apakah ibu/bapak sudah siap ?
B.     Fase Kerja
1.      Mencuci tangan => ibu/bapak, izinkan saya cuci tangan terlebih dahulu.
2.      Mengatur posisi pasien supinasi => ibu/bapak, apakah posisinya sudah nyaman ?
3.      Membuka baju daerah abdomen => permisi ibu/bapak, saya akan membuka baju ibu/bapak untuk memudahkan pemeriksaan.
4.      Melakukan inspeksi (melihat) dari depan dan samping pasien =>
- pemeriksa berada di sebelah kanan penderita
-perhatikan kesimetrisan abdomen pada saat respirasi
-inspeksi tanda luka, umbilical, dan dinding abdomen.
===>Dilakukan pada pasien dengan posisi tidur terlentang dan diamati dengan seksama dinding abdomen. Yang perlu diperhatikan adalah:
===Keadaan kulit; warnanya (ikterus, pucat, coklat, kehitaman), elastisitasnya (menurun pada orang tua dan dehidrasi), kering (dehidrasi), lembab (asites), dan adanya bekas-bekas garukan (penyakit ginjal kronik, ikterus obstruktif), jaringan parut (tentukan lokasinya), striae (gravidarum/ cushing syndrome), pelebaran pembuluh darah vena (obstruksi vena kava inferior & kolateral pada hipertensi portal).
===Besar dan bentuk abdomen; rata, menonjol, atau scaphoid (cekung).
===Simetrisitas; perhatikan adanya benjolan local (hernia, hepatomegali, splenomegali, kista ovarii, hidronefrosis).
===Gerakan dinding abdomen pada peritonitis terbatas.
===Pembesaran organ atau tumor, dilihat lokasinya dapat diperkirakan organ apa atau tumor apa.
===Peristaltik; gerakan peristaltik usus meningkat pada obstruksi ileus, tampak pada dinding abdomen dan bentuk usus juga tampak (darm-contour).
===Pulsasi; pembesaran ventrikel kanan dan aneurisma aorta sering memberikan gambaran pulsasi di daerah epigastrium dan umbilical.
====> Perhatikan juga gerakan pasien:
  • Pasien sering merubah posisi ? adanya obstruksi usus.
  • Pasien sering menghindari gerakan ? iritasi peritoneum generalisata.
  • Pasien sering melipat lutut ke atas agar tegangan abdomen berkurang/ relaksasi ? peritonitis.
  • Pasien melipat lutut sampai ke dada, berayun-ayun maju mundur pada saat nyeri ? pankreatitis parah.
5.      Melakukan Auskultasi untuk memastiak adanya bisisng di usus dg waktu >< 30 detik, normalnya 8-30/menit =>  selanjutnya, saya akan memeriksa perut ibu/bapak dengan stetoskop.apakah ibu/bapak tadi sudah makan ?  
Ket :
  1. letakkkan diafragma stetoskop dengan tekanan ringan pada setiap area empat kwadaran abdomen dan dengan suara peristaltik aktif dan suara mendeguk (gurgling) yang secara normal terdengar setiap 5 sampai 20 detik dengan durasi kurang atau lebih dari satu detik
  2. frekuensi suara tergantung pada status pencernaan atau ada dan tidaknya makanan dalam saluran pencernaan. dalam pelaporannya suara usus dapat dinyatakan dengan : terdengar, tidak ada /hipoaktif, sangat lambat (misalnya hanya terdengar sekali setiap satu menit), dan hiperaktif atau meningkat (misalnya terdengar setiap 3 detik).
  3. bila suara usus terdengar jarang sekali / tidak ada maka sebelum dipastikan dengarkan dahulu selama tiga sampai lima menit
===> Kegunaan auskultasi ialah untuk mendengarkan suara peristaltic usus dan bising pembuluh darah. Dilakukan selama 2-3 menit.
  • Mendengarkan suara peristaltic usus.
Diafragma stetoskop diletakkan pada dinding abdomen, lalu dipindahkan ke seluruh bagian abdomen. Suara peristaltic usus terjadi akibat adanya gerakan cairan dan udara dalam usus. Frekuensi normal berkisar 5-34 kali/ menit.
Bila terdapat obstruksi usus, peristaltic meningkat disertai rasa sakit (borborigmi). Bila obstruksi makin berat, abdomen tampak membesar dan tegang, peristaltic lebih tinggi seperti dentingan keeping uang logam (metallic-sound).
Bila terjadi peritonitis, peristaltic usus akan melemah, frekuensinya lambat, bahkan sampai hilang.

  • Mendengarkan suara pembuluh darah.
Bising dapat terdengar pada fase sistolik dan diastolic, atau kedua fase. Misalnya pada aneurisma aorta, terdengar bising sistolik (systolic bruit). Pada hipertensi portal, terdengar adanya bising vena (venous hum) di daerah epigastrium.

6.      Melakukan perkusi=> Permisi ibu/bapak, saya akan mengetuk beberapa bagian perut ibu/ bapak. Rileks ya bu/pak. 

=> Untuk memperkirakan ukuran hepar, adanya udara pada lambung dan usus (timpani atau redup)
=> Untuk mendengarkan atau mendeteksi adanya gas, cairan atau massa dalam perut
=> bunyi perkusi pada perut yang normal adalah timpani, tetapi bunyi ini dapat berubah pada keadaan-keadaan tertentu misalnya apabila hepar danlimpa membesar, maka bunyi perkusi akanmenjadi redup, khususnya perkusi di daerah bawah arkus kosta kanan dan kiri.

  1. perkusi dimulai dari kwadran kanan atas kemudian bergerak searah jarum jam
  2. perhatikan reaksi pasien dan catat bila pasien merasa nyeri atau nyeri tekan
  3. lakukan perkusi pada area timpani dan redup
  4. suara timpani memiliki ciri nada lebih tinggi dari pada resonan, yang mana suara ini dapat didengarkan pada rongga atau organ yang berisi udara
  5. suara redup mempunyai ciri nada lebih rendah atau lebih datar dari pada resonan. suara ini dapat didengarkan pada masa padat misalnya keadaan acites, keadaan distensi kandung kemih, serta pada pembesaran atau tumor hepar dan limfe.
===> Perkusi berguna untuk mendapatkan orientasi keadaan abdomen secara keseluruhan, menentukan besarnya hati, limpa, ada tidaknya asites, adanya massa padat atau massa berisi cairan (kista), adanya udara yang meningkat dalam lambung dan usus, serta adanya udara bebas dalam rongga abdomen. Suara perkusi abdomen yang normal adalah timpani (organ berongga yang berisi udara), kecuali di daerah hati (redup; organ yang padat).
7.melakuakan palpasi pada 4 kuadran (posisi kaki di tekuk) => kakinya mohon di lipat ya bu/pak. *melakukan palpasi ringan dengan menekan bagian perut pelan”---kemudian palapasi dalam dengan menekan perut agak dalam*
Ket :
        PALPASI
=> untuk memperkirakan gerakan usus dan kemungkinan adanya gangguan vaskular
=> dilakukan sebelum perkusi dan palpasi karena dapat mempegaruhi kualitas dan kuantitas bising usus.
=> auskultasi dapat dilakukan dengan meletakkan diafragma stetoskop pada semua kwadran atau salah satu kwadran.
        . PALPASI
=> Palpasi merupakan metode yang dilakukan paling akhir pada pengkajian perut
=> Palpasi dapat dilakukan secara palapsi ringan atau palpasi dalam tergantung pada tujuannya
=> Palpasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bentuk, ukuran, dan konsistensi organ-organ dan struktur-struktur dalam perut (intra abdominal)
=> Palpasi ringan dilakukan untuk mengetahui area-area nyeri tekan, nyeri superficial, dan adanya massa
=> Palpasi dalam dilakukan untuk mengetahui keadaan hepar, lien, ginjal, dan kandung kemih.


A. Palpasi Hepar
  1. berdirilah disamping kanan pasien
  2. letakkan tangan kiri anda pada torak posterior kira-kira pada tulang rusuk ke 11 atau 12
  3. tekankan tangan kiri tersebut keatas sehingga sedikit mengangkat dinding dada
  4. letakkan tangan kanan pada atas bawah tulang rusuk sisi kanan dengan membentuk sudut kira-kira 450 dengan otot rektus abdominal dengan jari-jari kearah tulang rusuk
  5. sementara pasien ekhalasi, lakukan penekanan sedalam 4-5 kearah bawah pada batas bawah tulang rusuk
  6. jaga posisi tangan anda dan suruh pasien inhalasi / menarik nafas dalam
  7. sementara pasien inhalasi, rasakan batas hepar bergerak menentang tangan anda yang secara normal terasa dengan kontur regular. bila hepar tak terasa/teraba dengan jelas, maka suruh pasien untuk menarik nafas dalam, sementara anda tetap mempertahankan posisi tangan atau memberikan tekanan sedikit lebih dalam. kesulitan dalam merasakan hepar ini sering dialami pada pasien obesitas
  8. bila hepar membesar, maka lakukan palpasi di batas bawah tulang rusuk kanan. catat pembesaran tersebut dan nyatakan dengan berapa cm pembesaran terjadi di bawah batas tulang rusuk
B. Palpasi Ginjal
secara anatomis lobus atas kedu ginjal menyentuh diafragma dan ginjal turun sewaktu inhalasi. ginjal kanan normalnya lebih mudah dipalpasi dari pada ginjal kiri. ginjal kanan terletak sejajar dengan tulang rusuk ke 12 dan ginjal kiri sejajar dengan tulang rusuk ke 11. ginjal orang dewasa pada umumnya mempunyai ukuran panjang 11 cm, lebar 4-7 cm, dan tebal 2,5 cm. dalam melakukan palpasi ginjal maka posisi pasien diatur supinasi dan perawat yang melakukan palpasi berdiri di sisi kanan pasien.
langkah kerja palpasi ginjal adalah :
  1. dalam melakukan palpaso ginjal kanan, letakkan tangan kiri anda dibawah panggul dan elevasikan ginjal ke arah anterior.
  2. letakkan tangan kanan anda pada dinding perut anterior pada garis midklavikularis dari pada tepi bawah batas kosta
  3. tekankan tangan kanan anda secara langsung keatas sementara pasien menarik nafas panjang. pada orang dewasa yang normal ginjal tidak teraba tetapi pada orang yang snagat kurus bagian bawah ginjal kanan dapat dirasakan
  4. bila ginjal teraba rasakan mengenai kontur (bentuk), ukuran, dan adanya nyeri tekan
  5. untuk melakukan palpasi ginjal kiri, lakukan disisi seberang tubuh pasien, dan letakkan tangan kiri anda dibawah panggul kemudian lakukan tindakan seperti pada palpasi ginjal kanan.
====> Beberapa pedoman untuk melakukan palpasi, ialah:
  1. Pasien diusahakan tenang dan santai dalam posisi berbaring terlentang. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan tidak buru-buru.
  2. Palpasi dilakukan dengan menggunakan palmar jari dan telapak tangan. Sedangkan untuk menentukan batas tepi organ, digunakan ujung jari. Diusahakan agar tidak melakukan penekanan yang mendadak, agar tidak timbul tahanan pada dinding abdomen.
  3. Palpasi dimulai dari daerah superficial, lalu ke bagian dalam. Bila ada daerah yang dikeluhkan nyeri, sebaiknya bagian ini diperiksa paling akhir.
  4. Bila dinding abdomen tegang, untuk mempermudah palpasi maka pasien diminta untuk menekuk lututnya. Bedakan spasme volunteer & spasme sejati; dengan menekan daerah muskulus rectus, minta pasien menarik napas dalam, jika muskulus rectus relaksasi, maka itu adalah spasme volunteer. Namun jika otot kaku tegang selama siklus pernapasan, itu adalah spasme sejati.
  5. Palpasi bimanual; palpasi dilakukan dengan kedua telapak tangan, dimana tangan kiri berada di bagian pinggang kanan atau kiri pasien sedangkan tangan kanan di bagian depan dinding abdomen.
  6. Pemeriksaan ballottement; cara palpasi organ abdomen dimana terdapat asites. Caranya dengan melakukan tekanan yang mendadak pada dinding abdomen & dengan cepat tangan ditarik kembali. Cairan asites akan berpindah untuk sementara, sehingga organ atau massa tumor yang membesar dalam rongga abdomen dapat teraba saat memantul. Teknik ballottement juga dipakai untuk memeriksa ginjal, dimana gerakan penekanan pada organ oleh satu tangan akan dirasakan pantulannya pada tangan lainnya.
  7. Setiap ada perabaan massa, dicari ukuran/ besarnya, bentuknya, lokasinya, konsistensinya, tepinya, permukaannya, fiksasi/ mobilitasnya, nyeri spontan/ tekan, dan warna kulit di atasnya. Sebaiknya digambarkan skematisnya.

8.      Mengukur Lingkar perut dengan meteran dan mencuci tangan
C.      FASE TERMINASI
1.      Melakukan Evaluasi Tindakan => dari pemeriksaan yang telah saya lakukan tadi, saya tidak menemukan kelainan ataupun gangguan di sistem pencernaan ibu/bapak.
2.      Rencana Tindak Lanjut => jadi, untuk rencana tindak lanjutnya, apabila ada keluhan atau rasa sakit, mohon untuk menghubungi saya kembali di ruang perawat. Kami siap membantu.
3.      Berpamitan => semoga lekas sembuh ya bu/pak. Wassalamualaikum.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar